Ternyata Ini Arti Tanda Verifikasi Centang Emas, Abu-abu, dan Biru di Twitter
Dunia

Gegara Data Bocor, Elon Musk Digugat Rp77,9 Miliar oleh Pengguna Twitter

  • Seorang pengguna Twitter menuntut Elon Musk sebesar US$5 juta atau setara Rp77,9 miliar
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

TEXAS - Seorang pengguna Twitter menuntut Elon Musk sebesar US$5 juta atau setara Rp77,9 miliar (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS). Tuntutan tersebut dilayangkan atas kasus kebocoran data yang dialami oleh 200 juta lebih pengguna Twitter.

Stephen Gerber, salah satu pengguna Twitter yang mengajukan gugatan terhadap perusahaan media sosial tersebut melayangkan tuntutannya pada hari Jumat di Distrik Utara California. Ia  mengklaim bahwa data pribadinya bocor setelah informasi tersebut dicuri oleh peretas antara tahun 2020 dan 2021.

Gerber mengajukan gugatan class action atas nama dirinya dan orang lain yang terkena dampak kebocoran data, dan menuntut ganti rugi.

Gerber menyematkan kabar sebelumnya bahwa kebocoran data pada peretas yang mengeksploitasi kerentanan di antarmuka pemrograman aplikasi (API) Twitter yang memungkinkan mereka mendapatkan nama pengguna Twitter, alamat email, dan nomor telepon pengguna.

"Twitter tampaknya menyembunyikan besarnya eksploitasi API ini atau, lebih buruk lagi, Twitter mungkin telah mengambil tindakan yang dimaksudkan untuk menyembunyikan besarnya sebenarnya dari eksploitasi API ini," tulis gugatan tersebut sebagaimana dikutip TrenAsia.com Selasa, 17 Januari 2023.

Ia menambahkan kebocoran data ini
sangat bermasalah karena ini membuktikan bahwa Twitter  gagal untuk memberi tahu atau menghubungi korban eksploitasi API khusus ini dan menolak untuk mengakui keseriusan dari apa yang telah terjadi.

Gugatan tersebut juga mengatakan bahwa informasi pribadi para korban sekarang didistribusikan dan dijual di web gelap. 

Sebelumnya, ada awal Januari, perusahaan intelijen kejahatan dunia maya Hudson Rock menyatakan bahwa peretas telah mencuri lebih dari 200 juta informasi pengguna Twitter. Tak hanya itu,  peretas bahkan menerbitkannya ke forum peretasan online yang tersedia untuk umum.

"Ini adalah salah satu kebocoran data paling signifikan dalam sejarah dan, sayangnya, akan menyebabkan banyak akun diretas, ditargetkan dengan phishing, dan doxxed," kata pendiri Hudson Rock, Alon Gal kala itu.

Pada 11 Januari, dua hari sebelum gugatan diajukan, Twitter menerbitkan pemberitahuan di situs webnya  yang menyangkal bahwa kebocoran data diakibatkan oleh cacat sistem. 

"Menanggapi laporan media baru-baru ini tentang data pengguna Twitter yang dijual secara online. Kami melakukan penyelidikan menyeluruh dan tidak ada bukti bahwa data yang baru-baru ini dijual diperoleh dengan mengeksploitasi kerentanan sistem Twitter," tulis postingan tersebut.