Gelar Karpet Merah, Indonesia Targetkan Investasi UEA Naik hingga Rp500 Triliun
- Pemerintah mendorong peningkatan nilai investasi antara Indonesia dengan Uni Emirat Arab (UEA) menjadi US$35 miliar setara Rp500,5 triliun.
Industri
JAKARTA - Pemerintah mendorong peningkatan nilai investasi antara Indonesia dengan Uni Emirat Arab (UEA) menjadi US$35 miliar setara Rp500,5 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per dolar Amerika Serikat).
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan nilai investasi tersebut meningkat 7,03% dari komitmen bisnis dan investasi yang diteken kedua negara saat ini yang mencapai US$32,7 miliar setara Rp467,6 triliun.
"Ini tentunya menjadi persepsi yang semakin baik antara kedua pemimpin negara dan para investor yang ada di Uni Emirat Arab kepada pemerintah Indonesia," katanya dalam keterangan resmi, Kamis, 4 November 2021.
- Sudah Beroperasi, Intip Beragam Fasilitas di AEON Mall Sentul City
- Kantongi Izin Operasional, BSI Siap Ekspansi Ke Dubai
- Wow! Bonus dan Insentif Karyawan BRI Meroket, Total Jadi Rp14,47 Triliun
Bahlil mengatakan Indonesia terus mendorong UEA untuk melakukan investasi di Indonesia. Dari 19 sektor yang telah disepakati Indonesia dengan UEA saat ini, diharapkan bisa diperluas kerja samanya.
Peningkatan nilai tersebut merupakan bagian dari komitmen Presiden Joko Widodo untuk melakukan hilirisasi industri mineral.
"Salah satu visi besar Bapak Presiden pada poin kelima adalah tentang bagaimana membangun transformasi ekonomi di mana transformasi ekonomi wujudnya adalah nilai tambah dengan industrialisasi. Ini akan kita buat dan kita umumkan besok nanti,” ujar Bahlil.
Dalam acara mendampingi Presiden Jokowi selama kunjungan ke UEA, Bahlil menyebut bahwa Kementerian Investasi/BKPM telah mendapatkan kesepakatan investasi dengan Air Product and Chemicals dari Amerika Serikat.
Penandatanganan kerja sama kedua pihak disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi dan para pemimpin UEA pada Kamis, 4 November.
"Perusahaan asal Amerika Serikat yang memproduksi gas untuk industri, termasuk pemurnian, kimia, logam, elektronik, manufaktur, dan makanan serta minuman ini akan bekerjasama dengan beberapa perusahaan di Indonesia," katanya.
Dengan tercapainya kerja sama tersebut, dia berharap Indonesia mulai membatasi atau mengurangi ekspor bahan mentah ke luar negeri sehingga memiliki harga yang rendah.
"Ke depan, Indonesia harus bisa mengubah pola pikir dari ekspor barang mentah menjadi ekspor barang jadi yang sudah mempunyai nilai tambah," imbuhnya.
Dalam kesempatan terpisah, Bahlil mengatakan ke depan Indonesia akan kebanjiran investasi asing dari ratusan korporasi global. Nilai investasi tersebut ditaksir mencapai US$84,17 miliar atau setara Rp1.203,6 triliun.
Dia menyebut, investasi jumbo tersebut berasal dari relokasi dan diversifikasi yang dilakukan oleh sekitar 162 korporasi global.
Sebanyak 23 korporasi dari jumlah tersebut telah memastikan akan menanamkan modalnya di tanah air dengan potensi mencapai US$8,12 miliar setara Rp116,1 triliun.
Sementara itu, sebanyak 25 korporasi dengan nilai investasi US$35,55 miliar setara Rp508,36 triliun telah menyatakan komitmen mereka untuk mengalihkan uangnya ke Indonesia.*