Gelar Rights Issue 88 Miliar Saham, Bank Permata Bakal Raup Rp11 Triliun
Setelah diakuisisi Bangkok Bank, PT Bank Permata Tbk (BNLI) berencana melaksanakan penawaran umum terbatas melalui penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.
Korporasi
JAKARTA – Setelah diakuisisi Bangkok Bank, PT Bank Permata Tbk (BNLI) berencana melaksanakan penawaran umum terbatas melalui penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.
Mengutip keterbukaan informasi perusahaan, bank berkode saham BNLI ini akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 88 miliar lembar saham kelas B dengan nilai nominal Rp125 per saham. Dengan begitu, perseroan akan mendapatkan dana segar sekitar Rp11 triliun dari aksi tersebut.
Jika dengan asumsi eksekusi rights issue pada harga saham BNLI terakhir di level Rp2.280 per lembar, maka dana segar yang akan dikantongi lebih dari Rp200 triliun.
“Saham baru yang akan ditawarkan kepada para pemegang saham dalam rangka PUT IX seluruhnya adalah saham baru yang dikeluarkan dari portepel perseroan serta mempunyai hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh,” tulis Bank Permata, Rabu, 10 Maret 2021.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Adapun, penambahan modal dari hasil HMETD akan memperkuat struktur dan ketahanan permodalan perseroan untuk menghadapi potensi meningkatnya risiko usaha, memenuhi regulasi tentang modal minimum, dan mendukung pertumbuhan usaha.
Peningkatan modal perseroan dalam jangka panjang diharapkan akan dapat meningkatkan daya saing usaha dan meningkatkan imbal hasil nilai investasi bagi pemegang saham.
Seluruh dana yang diperoleh dari rencana penambahan modal dengan HMETD, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi akan dipergunakan untuk memperkokoh struktur permodalan.
“Seluruhnya akan digunakan untuk membiayai peningkatan kredit dan aset produktif lainnya dalam rangka pengembangan usaha,” tambah direksi Bank Permata.
Bank Permata akan menyelenggarakan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 27 April 2021.
Hingga 30 Desember 2020, saham Bank Permata dikempit oleh Bangkok Bank Public Company Limited sebesar 98,71%. Sisa saham BNLI digenggam oleh publik sebesar 1,29%.
Pada perdagangan Rabu, 10 Maret 2021, saham BNLI ditutup turun 0,87% sebesar 20 poin ke level Rp2.280 per lembar. Kapitalisasi pasar saham BNLI mencapai Rp63,93 triliun dengan imbal hasil 75,38% dalam setahun terakhir.
Kinerja Bank Permata
Dari sisi kinerja, Bank Permata mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai Rp721,58 miliar sepanjang 2020. Jumlah itu merosot 51,9% year-on-year (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,5 triliun.
Laba itu diperoleh dari pendapatan bunga Rp10,45 triliun, naik tipis dari tahun sebelumnya Rp10,11 triliun. Sedangkan, pendapatan syariah turun dari Rp1,6 triliun menjadi Rp1,4 triliun.
Pendapatan bunga dan syariah bersih tercatat naik dari Rp5,72 triliun menjadi Rp6,54 triliun pada 2020. Pendapatan operasional tercatat naik dari Rp7,83 triliun menjadi Rp8,85 triliun.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- Tandingi Telkomsel dan Indosat, Smartfren Segera Luncurkan Jaringan 5G
- Bangga! 4,8 Ton Produk Tempe Olahan UKM Indonesia Dinikmati Masyarakat Jepang
Akan tetapi, Bank Permata harus membukukan kerugian penurunan nilai aset keuangan dari sebelumnya Rp1,08 triliun menjadi Rp2,01 triliun. Sehingga, beban operasional membengkak menjadi Rp5,07 triliun dari Rp4,73 triliun.
Hal itu mengakibatkan laba sebelum pajak penghasilan merosot tajam dari Rp2,01 triliun menjadi Rp1,6 triliun. Beban pajak penghasilan membengkak menjadi Rp893 miliar mengakibatkan laba bersih periode berjalan anjlok menjadi Rp721,58 miliar dari sebelumnya Rp1,5 triliun.
Total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun Bank Permata sepanjang tahun 2020 mencapai Rp145,56 triliun, naik 18,4% yoy. Kontribusi terbesar dari pertumbuhan produk giro sebesar 25,3%, diikuti oleh tabungan dan deposito masing-masing 13,5% dan 17,1% yoy.
Direktur Utama Bank Permata, Ridha D.M. Wirakusumah mengatakan hingga akhir 2020, jumlah nasabah mencapai hampir 4 juta nasabah yang tersebar di 62 kota dengan 300 cabang.
“Permodalan dan likuiditas kami terjaga kuat seiring dengan keberhasilan proses integrasi dengan Bangkok Bank Indonesia yang berjalan lancar diakhiri dengan masuknya PermataBank ke jajaran Bank BUKU IV pada akhir Januari 2021,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, 9 Maret 2021.
Sementara itu, total penyaluran kredit tercatat sebesar Rp118 triliun, meningkat 9,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan kredit ini didukung oleh pengalihan aset Bangkok Bank Indonesia (BBI) melalui proses integrasi sebesar Rp17,3 Triliun.
Adapun rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross tercatat sedikit meningkat ke level 2,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,8% dengan NPL net yang terjaga pada level 1,0% dibandingkan posisi Desember 2019 sebesar 1,3%.
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) dan Common Equity Tier 1 (CET-1) pada posisi Desember 2020 masing-masing sebesar 35,7% dan 26,9% meningkat dibandingkan dengan 19,9% dan 18,7% pada periode yang sama tahun lalu.
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi ada tahun 2020 tercatat Rp1,14 triliun. Sementara itu, kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi tercatat Rp8,37 triliun.
Bank Permata mencatatkan liabilitas sebesar Rp162,65 triliun dan ekuitas Rp35,07 triliun. Adapun total aset perseroan meningkat menjadi Rp197,72 triliun dibanding tahun 2019 sebesar Rp161,45 triliun. (SKO)