Dunia

Gelombang Corona Keempat Melanda Jepang, Tenaga Kesehatan Minta Olimpiade Tak Diadakan

  • Jepang kembali dilanda gelombang corona jenis baru, British Variant. Kali ini, rumah sakit Osaka tampak mulai kewalahan menghadapi gelombang pandemi yang tengah terjadi.

Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

OSAKA – Jepang kembali dilanda gelombang corona jenis baru, British Variant. Kali ini, rumah sakit Osaka tampak mulai kewalahan menghadapi gelombang pandemi yang tengah terjadi.

Sejumlah rumah sakit di kota terbesar kedua Jepang ini dikabarkan kehabisan tempat tidur dan ventilator. Sejumlah tenaga kesehatan memperingatkan bahwa ada kemungkinan terjadi “keruntuhan sistem” pada pandemi kali ini.

“Sederhananya, ini adalah runtuhnya sistem medis. Varian Inggris yang sangat menular dan kewaspadaan yang menurun telah menyebabkan ledakan pertumbuhan jumlah pasien,” kata Yuji Tohda, direktur Rumah Sakit Universitas Kindai Osaka mengutip Reuters pada Senin, 24 Mei 2021.

Akibat terjadinya gelombang keempat pandemi di Jepang, sejumlah tenaga kesehatan menyarankan untuk menunda penyelenggaraan Olimpiade Tokyo yang bakal digelar dua bulan mendatang.

“Olimpiade harus dihentikan karena kita sudah gagal menghentikan aliran varian baru dari Inggris, dan selanjutnya mungkin masuknya varian India,” kata Akira Takasu, Kepala Pengobatan Darurat Rumah Sakit Universitas Medis dan Farmasi Osaka (OMPUH).

Selain mencegah persebaran Covid-19 dan varian baru, hal lain yang jadi pertimbangan adalah distribusi vaksin untuk tenaga medis di Jepang baru terlaksana setengahnya saja.

Lonjakan Jumlah Penderita Covid

Selama beberapa bulan, Jepang berhasil terhindar dari infeksi besar seperti yang dialami negara lain. Namun pertahanan Jepang mulai runtuh ketika gelombang keempat pandemi melanda Osaka.

Hingga Kamis lalu, Osaka mencatat sebanyak 3.849 kasus positif Covid-19 baru dalam kurun waktu hanya seminggu.

Jumlah penderita Covid di Osaka sendiri tercatat telah mencapai 13.770 orang. Sedangkan yang dirawat di rumah sakit sebanyak 14%. Sisanya, telah dipulangkan atau menjalani perawatan mandiri di kediaman masing-masing. (RCS)