Gempa Dahsyat Perparah Krisis Pangan di Afghanistan
- Guncangan tersebut telah menewaskan setidaknya 2.400 orang dan melukai lebih dari 2.000 lainnya. Hal ini menjadikan gempa tersebut sebagai salah satu yang paling mematikan di dunia tahun ini setelah gempa di Turki dan Suriah.
Dunia
JAKARTA - Program Pangan Dunia menyebut gempa bumi Afghanistan baru-baru ini sebagai “bencana di atas bencana”. Mereka mendesak masyarakat internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada negara yang dilanda perang tersebut.
Menurut pemerintah yang dikelola Taliban, keterbatasan bantuan membuat kondisi semakin sulit setelah gempa bumi dan gempa susulan yang mengguncang negara sejak akhir pekan lalu.
Guncangan tersebut telah menewaskan setidaknya 2.400 orang dan melukai lebih dari 2.000 lainnya. Hal ini menjadikan gempa tersebut sebagai salah satu yang paling mematikan di dunia tahun ini setelah gempa di Turki dan Suriah yang diperkirakan telah menewaskan sekitar 50.000 orang.
- Kemitraan KUR, BCA dan Otten Coffee Siap Dorong UMKM Kopi Tanah Air
- 5 Ciri-ciri Perusahaan yang Akan Lakukan Lay Off atau PHK Massal
- Adidas Perkenalkan Koleksi Sepatu Bertema Spider Man
“Di Afghanistan, ini adalah bencana di atas bencana,” kata Philippe Kropf, kepala komunikasi Program Pangan Dunia (WFP) Afghanistan, dalam sebuah wawancara. “Kami memiliki 50 juta orang yang tidak tahu dari mana makanan berikutnya akan datang," ujar Kropf, dikutip dari Reuters, Kamis 12 Oktober 2023.
Menurutnya, Program Pangan Dunia hanya mampu mendukung 3 juta orang karena kekurangan dana yang besar. “Semua rumah telah hancur total. Pusat kesehatan telah berubah menjadi puing-puing. Mata pencaharian telah hancur,” tambahnya.
WFP awalnya memberikan setiap keluarga yang terdiri dari tujuh orang dengan 2.100 kilokalori sehari selama sebulan. Mereka mempertimbangkan bentuk bantuan lain seperti uang tunai dalam beberapa pekan mendatang.
Untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, mereka telah mendistribusikan biskuit berenergi tinggi dan mentega kacang khusus. “Ibu-ibu yang sedang menyusui termasuk yang paling rentan,” katanya. “Jika kita dapat membantu mereka mencegah malnutrisi, itulah caranya. Mencegah malnutrisi jauh lebih ekonomis daripada mengobati malnutrisi.”
Dr. Alaa AbouZeid, kepala respons darurat Organisasi Kesehatan Dunia di negara tersebut, mengatakan perempuan dan anak-anak menyumbang dua pertiga dari jumlah korban luka di Afghanistan.
Sistem perawatan kesehatan Afghanistan, yang hampir sepenuhnya mengandalkan bantuan asing, telah mengalami pemotongan yang merugikan dalam dua tahun sejak Taliban berkuasa. Bantuan internasional yang menjadi tulang punggung ekonomi negara tersebut sebagian besar terhenti.
Warga Afghanistan telah mengalami perang selama beberapa dekade, sejak perjuangan untuk mengusir pasukan militer Uni Soviet pada 1979-1989 hingga upaya Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintah Taliban setelah serangan 11 September 2001, dan kemenangan Taliban pada tahun 2021.
- Terpilih jadi Anggota Dewan HAM PBB, Indonesia Perlu Jawab Kepercayaan
- Lakukan Transformasi, Xiaomi Dilaporkan Akan Ganti MIUI Jadi MiOS
- Bos OpenAI Sebut Bitcoin Hal Paling Logis untuk Kemajuan Teknologi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan badan-badan kemanusiaan mengurangi anggaran untuk rencana bantuan Afghanistan tahun 2023 menjadi $3,2 miliar dari $4,6 miliar di awal tahun, setelah pembatasan pemerintahan Taliban terhadap pekerja bantuan wanita.
WFP telah memangkas jatah dan bantuan tunai dari delapan juta warga Afghanistan tahun ini, menggarisbawahi parahnya tantangan keuangan yang dihadapi lembaga-lembaga bantuan dalam apa yang dianggap PBB sebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.