Setelah IPO Akhir Tahun, Mitratel akan Ekspansi ke Kawasan ASEAN dan Pasifik.jpg
Bursa Saham

Gencar Investasi Fiber Optic, Bagaimana Prospek Saham Mitratel (MTEL)?

  • Prospek saham Mitratel (MTEL) semakin menjanjikan karena perseroan, yang dikenal sebagai Raja Menara gencar investasi bisnis fiber optic.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Prospek saham emiten menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel diproyeksikan semakin menjanjikan usai perseroan yang dijuluki Raja Menara ini gencar investasi bisnis fiber optic. 

Analis Sucor Sekuritas Christofer Kojongian mengatakan emiten bersandikan MTEL telah menunjukkan tindakan agresif dalam memperkuat segmen bisnis fiber optic. Hal tersebut terbukti dari langkah perseroan menambah 10.000 km serat optik dengan biaya sekitar Rp1 triliun.

Christofer menyatakan penambahan serat itu akan meningkatkan total jejak serat optik milik MTEL menjadi 42.521 km. Selain itu, langkah tersebut diprediksi mampu mengerek pendapatan Mitratel sebesar 32% secara tahunan. 

Baca Juga: Saham Mitratel (MTEL) Menguat Usai Laporkan Laba Bersih Rp2,01 Triliun

“Oleh karena itu, kami memproyeksikan pendapatan yang dihasilkan dari bisnis fiber pada 2024 akan mencapai Rp273 miliar atau naik 32% yoy dan berkontribusi 3% terhadap pendapatan,” ungkap Christofer dalam risetnya pada Selasa, 26 Maret 2024. 

Christofer juga mengungkapkan operator telekomunikasi akan memperkuat cakupan mereka di luar Jawa, sesuai dengan strategi ekspansi bisnis fiber optic yang agresif oleh MTEL. “Hal ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan pendapatan dan laba pada tahun 2024, masing-masing sebesar 8% dan 5%, menjadi Rp9,3 triliun dan Rp2,1 triliun,” tambahnya.

Ia juga menekankan bahwa dalam konteks konsolidasi di industri menara, yang menyebabkan pilihan menjadi terbatas, sehingga Mitratel memiliki peluang untuk memanfaatkan situasi tersebut. Terlebih posisi MTEL adalah pemain dengan portofolio menara terbesar di Indonesia.

Asal tahu saja, jumlah menara MTEL di pulau Jawa saja mencapai 15.777, sementara di luar pulau Jawa mencapai 22.237 unit. Alhasil, dari kedua wilayah tersebut, tenancy ratio yang dicatatkan perseroan masing-masing sebesar 1,63 kali dan 1,43 kali.

“Akuisisi menara dapat memperkuat posisi MTEL sebagai perusahaan menara terbesar, meningkatkan jangkauan dan jangkauan serat optiknya di wilayah perkotaan. Perusahaan ini juga masih memiliki rasio utang bersih terhadap ekuitas dan utang terhadap EBITDA yang paling rendah di antara perusahaan sejenis,” ungkapnya.

Baca Juga: Profil Mitratel (MTEL), Anggota Baru Indeks Perusahaan Berkapitalisasi Rp11.019 Triliun

Rekomendasi Saham

Dengan mengacu fakta keras tersebut, Sucor Sekuritas merekomendasikan pembelian saham MTEL dengan target harga Rp800, berdasarkan proyeksi kinerja dengan multiple 11,4x EV/EBITDA pada tahun 2024. 

Sucor Sekuritas juga menyarankan untuk melakukan investasi pada saham MTEL karena pertumbuhan pendapatannya yang superior yang berasal dari penambahan menara baru, baik melalui akuisisi maupun pembangunan baru.

Di samping itu, peningkatan margin profitabilitas terjadi karena rasio sewa yang meningkat, terutama di luar Jawa, dan potensi manfaat dari perluasan jangkauan operator telekomunikasi seluler (MNO) di luar Jawa. 

Selain itu, rasio penyewaan Mitratel juga meningkat dari 1,47 kali pada tahun 2022 menjadi 1,51 kali pada tahun 2023, didukung oleh peningkatan jumlah menara menjadi 2.596 dan penambahan 5.403 penyewa.

Kami melihat MTEL sebagai perusahaan menara yang paling sedikit terkena dampak [negatif] dari merger loH dan sebaliknya justru mendapat manfaat dari ekspansi operator jaringan seluler di luar Jawa yang tercermin dari pendapatan yang lebih tinggi yang diterima dari ISAT dan EXCL,” pungkasnya.

Berdasarkan data RTI Business, pada perdagangan Selasa, 26 Maret 2024, pukul 14:08 WIB, saham MTEL berada di level Rp615 per saham atau melemah 0,81% dari harga pembukaannya. Sementara itu sepanjang tahun ini, saham ini telah melemah 10,95%.