joxzin lawas.jpg
Nasional

Geng Legendaris Joxzin Ingin Membalas Lembaran Hitam Masa Lalu

  • Kami berkumpul kembali hanya agar bermanfaat dan memperluas kemanfaatan, bukan untuk kembali seperti masa lalu
Nasional
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

YOGYAKARTA-Era 1980-1990an nama Joxzin sangat menakutkan bagi sebagian besar warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Nama ini identik dengan kekerasan dan perkelahian.

Begitu legendarisnya, Geng Joxzin menjadi sangat identik dengan Jogja. Dan kini para alumni kelompok tersebut ingin membalas lembaran hitam yang mereka ciptakan di masa lalu.

“Masa muda kami mungkin lembaran lembarannya tercatat hitam, dan diesok hari semoga kami masih disediakan kertas putih, kami berusaha ingin kertas tersebut hanya tercatat tentang kebaikan kebaikan, InSyaaAllah,” kata  Ervian Parmunadi, Ketua Yayasan Joxzin Lawas Indonesia dalam syawalan yang digelar Sabtu  13 April 2024 2024.

Para anggota lama geng tersebut memang memutuskan untuk mendirikan yayasan. Mereka mengadakan Syawalan di salah satu pendopo kuliner disamping gedung PDHI, Alun2 Utara Jogja.

Tempat ini menjadi tempat yang istimewa, karena di sekitaran tempat tersebut lebih dari 35 tahun yg lalu menjadi markas setelah lahirnya geng Joxzin berada. Kelompok anak muda pada zamannya. Sehingga keterikatan emosionalnya membuat tempat tersebut dipilih kembali menjadi tempat Syawalan setelah pada tahun 2017 lalu dalam acara yang sama. 

Acara ini juga sebagai penutup program rutin setiap bulan Ramadhan dengan membagikan takjil buka puasa yang berjumlah ribuan box yang terbagi untuk lebih dari 50 Masjid/Mushola/pondok dipelosok Panggang, Purwasari, Dlingo, Samigaluh - DIY, Magelang, Temanggung, Purbalingga - Jawa Tengah.

“Acara Syawalan pada tahun 2017 adalah awal dari berkumpulnya kembali setelah puluhan tahun para anggotanya tidak bertemu karena fokus dengan kesibukannya masing masing,” katanya. 

Dalam perjalanannya, kelompok ini menjadi kelompok yang pada saat itu sering membuat resah warga jogja dengan perilakunya, karena hampir tiap malam terutama malam hari libur menjadi ajang acara perkelahian dengan geng serupa.

Dalam Syawalan 7 tahun yang lalu mereka berikrar bahwa kami menjalin kembali silaturahmi untuk menjadi berarti. Sebuah gerakan ingin membalas perilaku saat usia muda yang tidak baik menjadi kelompok yang bermanfaat untuk masyarakat umum dalam hal sosial maupun keagamaan.

“Dan ikrar tersebut menjadi pegangan gerakan kami dengan berpegang pada hadist Rosullullah Khoirunnas anfauhum linnas, sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya. Tak akan pernah berputus asa dan menyerah agar ikrar tersebut tertunaikan,” katanya

Dalam kegiatan setelah terjalinnya kembali silaturahmi, banyak kegiatan sosial dan keagamaan yang dijalankan menjadikan ketertarikan publik untuk ikut berpartisipasi dalam hal dukungan dan pendanaan, sehingga yang awalnya pertanggung jawaban kegiatan hanya bersifat internal menjadi meluas ke pihak eksternal. 

Dan dengan perkembangan itulah pada tahun 2021 mereka membuat suatu lembaga resmi dan diakui pemerintah yang berbentuk Yayasan dengan nama Yayasan Joxzin Lawas Indonesia. “Agar dana yang dititipkan publik untuk program program kami akan tertanggung jawabkan dengan baik dan terawasi secara resmi oleh pemerintah.”

Pondok Hatizh Alquran

Dengan bertambahnya kepercayaan dari masyarakat, pada tahun ini juga Yayasan Joxzin Lawas Indonesia mendapatkan wakaf dari seorang dermawan berupa tanah seluas 1.800m² di daerah Poncosari, Srandakan, Bantul, yang rencana akan dibangun sebagai pondok Hafizh Alquran dan tempat yang bermanfaat untuk umat secara lebih luas.

“Dan di awal tahun 2023, Yayasan kami juga telah membentuk Lembaga Bantuan Hukum Yayasan Joxzin Lawas Indonesia, yang berkantor menjadi satu dengan sekretariat Yayasan yang berada di lantai 3, gedung Citos jalan Wakhid Hasyim, Yogyakarta,” tambah Ervian.

LBH ini dibentuk untuk membantu warga kurang mampu dalam hal kebutuhan untuk mendapatkan konsultasi maupun bantuan hukum.

Sedang program rutin tahunan terdekat berikutnya adalah pendistribusian hewan Qurban dipelosok daerah yang tidak mampu, fokus kami dari 5-7 lembu dan puluhan kambing  yang biasanya terhimpun adalah untuk daerah yang minus hewan Qurban dan juga berfungsi sebagai syiar Agama.

Sedang untuk Ormas Joxzin Lawas Indonesia yang berfungsi sebagai mitra untuk menjalankan program program Yayasan, sudah tidak terpikirkan lagi seperti ketika masa muda dulu yang berusaha menggalang masa atau 'bolo'. 

“Yang terpikirkan hanya penggalangan untuk kemanfaatan umat, lebih mengutamakan kualitas dalam menjalankan peran dari pada kuantitas anggota, kami berkumpul kembali hanya agar bermanfaat dan memperluas kemanfaatan, bukan untuk kembali seperti masa lalu,” tutupnya.