Genjot Bisnis Fiber Optic 5G, Mitratel Bidik Pendapatan Naik 11 Persen
- Sebagai perusahaan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), pendapatan rata-rata Mitratel ditargetkan tumbuh 10%-11% per tahun, di atas industri menara telekomunikasi yang tumbuh 5%-6%.
Korporasi
JAKARTA - Emiten menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel melebarkan potensi bisnis dan merambah ke fiber optic untuk menggenjot pendapatan. Potensi ini sangat besar terutama lantaran adanya perkembangan jaringan 5G yang semakin moncer.
Direktur Investasi Miratel Hendra Purnama mengungkapkan tak hanya fiber optic, peluang bisnis akibat adanya 5G akan semakin besar. Hal ini yang dilakukan Miratel dalam memperluas lini pendapatannya, seperti bisnis edge computing hingga internet of things (IoT).
“Revenue fiber optic jika sudah 5G akan semakin banyak dan berkembang ke depannya,” kata dia dalam kanal Youtube resmi Mirae Aset Komunitas, Rabu, 1 Desember 2021.
- Suku Bunga Naik, Siap-Siap Biaya Dana Bank Melonjak
- Terkesan Ulur Waktu, Bank Artha Graha dan Oke Bank Minta Bos Bukit Uluwatu Cepat Lunasi Utang
- Emtek Beberkan Soal Potensi Akusisi DANA Oleh Sinarmas
Selain melebarkan peluang bisnis, Miratel berupaya membentuk efisiensi usaha dengan melakukan number of vendor yang mengurangi jumlah vendor serta membentuk cluster cluster, yang akan berdampak baik pada kemudahan pengoperasian dan mengurangi biaya.
Tak hanya itu hal ini juga membuat digitalsasi untuk efisiensi pada proses perseroan dan efisiensi di lapangan dalam sisi maintenance yang sebelumnya masih sangat manual dan saat ini sudah menggunakan geo tech dan foto.
Hendra Purnama juga mengungkapkan Hal ini juga berdampak pada cost reduction yang berkurang dari tahun lalu dari jumlah Rp2,7 juta yang kemudian turun 34% pada Rp1,7 juta berdasarakan pada laporan keuangan perseroran.
“Biasanya, untuk maintenance suatu tower itu kita Rp2,7 juta per bulan pada tahun lalu, di tahun ini berdarsarkan laporan yang terjun sudah Rp1,7 juta per bulan,” ujarnya.
Selain pengurangan biaya, perseroan juga meyakini bahwa ke depanya akan semakin banyak strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan EBITDA margin yang memberikan improvisasi.
Sebagai perusahaan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), pendapatan rata-rata Mitratel ditargetkan tumbuh 10%-11% per tahun, di atas industri menara telekomunikasi yang tumbuh 5%-6%. “Neraca keuangan yang kuat diyakini akan mendukung pertumbuhan tersebut,” katanya.
Hendra menegaskan, pertumbuhan pendapatan tersebut karena Mitratel memiliki neraca keuangan yang kuat. Dengan begitu, Mitratel akan mendapatkan pertumbuhan pendapatan melalui bisnis organik maupun anorganik.
Hendra menambahkan, selain mengincar pertumbuhan dari sisi pendapatan, perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia ini juga menargetkan tenancy ratio pada 2025-2026 menjadi 1,8 kali dari rata-rata saat ini 1,5 kali.
Mitratel listing atau mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 22 November 2021, dengan kode saham MTEL. Mitratel meraup dana segar Rp18,79 triliun dari penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) sebanyak 23,49 miliar saham dengan harga Rp800 per saham.