logo
Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia
Energi

Genjot Hilirisasi dan Kemandirian Energi, Indonesia Perkuat Posisi di Pasar Global

  • Kerja sama dengan India menjadi peluang emas, terutama di sektor mineral kritis seperti nikel yang diperlukan untuk produksi baterai kendaraan listrik.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Pemerintah Indonesia terus mengintensifkan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional melalui kebijakan hilirisasi dan pengelolaan energi dengan menggandeng India sebagai mitra strategis.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa hilirisasi komoditas serta optimalisasi pengolahan minyak mentah dalam negeri adalah dua pilar utama untuk mencapai kemandirian energi dan nilai tambah yang signifikan bagi ekonomi nasional.

Hilirisasi komoditas, khususnya mineral dan batu bara, menjadi agenda prioritas dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Bahlil menyampaikan bahwa langkah ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia, tetapi juga membuka peluang kerja sama internasional, salah satunya dengan India.

"Dengan hilirisasi, kita tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga produk bernilai tambah yang mampu memberikan manfaat lebih besar bagi ekonomi nasional," ujarnya saat mendampingi Presiden Prabowo di New Delhi dilansir pada Selasa, 28 Januari 2025.

Kerja sama dengan India menjadi peluang emas, terutama di sektor mineral kritis seperti nikel yang diperlukan untuk produksi baterai kendaraan listrik. Menurut Bahlil, Indonesia dapat menjadi pusat produksi baterai, sementara India berperan sebagai mitra utama dalam rantai pasok global.

Langkah strategis ini diyakini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok global sekaligus mempererat hubungan bilateral dengan India.

Kelola Minyak Mentah untuk Pangkas Impor

Selain hilirisasi, pemerintah juga fokus pada optimalisasi minyak mentah domestik untuk menekan impor dan meningkatkan kemandirian energi. Bahlil menjelaskan bahwa ekspor minyak mentah bagian negara akan dialihkan untuk diproses di kilang dalam negeri. Kebijakan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) secara mandiri.

“Sesuai arahan Presiden Prabowo, kami meminta kilang dalam negeri memanfaatkan semua crude, termasuk yang sebelumnya dianggap tidak memenuhi spesifikasi. Hal ini penting untuk menekan angka impor,” jelas Bahlil di Jakarta pada Selasa, 28 Januari 2025.

Kilang-kilang utama seperti Balikpapan, Cilacap, dan Dumai kini telah ditingkatkan kapasitas dan teknologinya untuk mengolah minyak mentah dengan spesifikasi beragam. Pemerintah juga mempercepat pembangunan kilang baru seperti Tuban dan Balongan untuk meningkatkan kapasitas nasional dalam beberapa tahun ke depan.

Menurut data Kementerian ESDM, sekitar 28 juta barel minyak mentah diekspor setiap tahunnya. Dengan kebijakan baru, 12-13 juta barel ditargetkan dapat dialihkan ke kilang domestik untuk mendukung pasokan BBM nasional.

“Kami dorong SKK Migas, KKKS, dan Pertamina agar minyak mentah domestik memberikan nilai tambah dalam negeri sehingga turut mengurangi impor,” tandasnya