Genjot Investasi, BKPM Berupaya Rayu Pengusaha China
- China adalah mitra dagang utama sekaligus investor terbesar kedua bagi Indonesia, dengan total investasi langsung mencapai US$4,55 miliar atau sekitar Rp68,7 triliun (kurs Rp15.100)
Nasional
JAKARTA – Badan Koordinasi Penanaman Modal berupaya menarik investasi yang lebih besar dari China, terutama di sektor sumber daya alam dan ekonomi hijau. Langkah ini dilakukan untuk memanfaatkan keunggulan teknologi dan kekuatan ekonomi China, yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam forum promosi investasi yang diadakan di Nantong, Provinsi Jiangsu, lebih dari 100 perusahaan dari kedua negara hadir untuk membahas peluang kerja sama. Deputi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, Nurul Ichwan, mengundang perusahaan-perusahaan China untuk meningkatkan investasi mereka di Indonesia.
"Dalam setiap sektor yang berkaitan dengan kekayaan Indonesia, terutama sumber daya alamnya, kami terbuka untuk mengundang para investor asal China karena kami mengetahui China saat ini tidak hanya memimpin dalam (bidang) ekonomi, tetapi juga memimpin dalam (bidang) teknologi," tutur Ichwan di Kota Nantong, Provinsi Jiangsu, China, Dilansir Rabu, 25 September 2024.
- 3 Menteri di Pusaran Tambang dan Perizinan Ekspor Pasir Laut
- Saham Afiliasi Prajogo Pangestu PTRO Cetak ATH Baru, Apa Pendorongnya?
- Skema ‘Fairness’ Jadi Solusi Prudential Menekan Biaya Premi di Tengah Inflasi Medis
China Mitra Dagang Utama
Menurut Ichwan China adalah mitra dagang utama sekaligus investor terbesar kedua bagi Indonesia, dengan total investasi langsung mencapai US$4,55 miliar atau sekitar Rp68,7 triliun (kurs Rp15.100) pada tahun 2022. Menurut Ichwan hubungan ekonomi yang kuat antara kedua negara membuka peluang besar untuk pengembangan kerja sama lebih lanjut.
Pada tahun 2023, China mencatatkan produk domestik bruto (PDB) ymencapai US$17,89 triliun atau setara dengan sekitar Rp271.588 triliun. Angka ini menunjukkan dominasi China sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia, dengan kontribusi signifikan dari sektor teknologi, manufaktur, dan perdagangan global.
Sebagai perbandingan, PDB Indonesia pada tahun yang sama mencapai Rp20.892,4 triliun, meskipun PDB Indonesia secara nominal lebih rendah dari China, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap menunjukkan tren positif, terutama berkat hilirisasi sumber daya alam, investasi asing, dan pembangunan infrastruktur.
Kedua negara terus memperkuat hubungan ekonomi mereka, di mana China tidak hanya menjadi mitra dagang utama Indonesia, tetapi juga investor besar di berbagai sektor strategis.
Sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 yang diprakarsai oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto, Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan ekonomi hijau, pembangunan infrastruktur berkelanjutan menjadi salah satu prioritas utama, dalam posisi ini China dipandang sebagai mitra strategis dalam mendukung visi tersebut, terutama dengan teknologi yang dimilikinya.
Ichwan juga mengajak perusahaan-perusahaan China untuk berperan lebih aktif dalam proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), yang diproyeksikan menjadi pusat ekonomi baru Indonesia. Pemerintah telah menawarkan berbagai insentif menarik, seperti pembebasan pajak dan hak guna lahan jangka panjang, untuk mendorong minat para investor.
Ichwan mencontohkan, salah satu contoh keberhasilan investasi China di Indonesia adalah ZTT Group, yang telah beroperasi sejak 2017. Perusahaan ini berencana meningkatkan penjualannya hingga mencapai US$142 juta atau sekitar Rp2,14 triliun serta menciptakan 500 lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia.
Dengan strategi ini, pemerintah Indonesia optimistis bahwa investasi dari China akan terus meningkat dan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional serta pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.