Industri

Genjot Pendapatan Berulang, Intiland Andalkan Sewa Kantor

  • JAKARTA – Emiten properti PT Intiland Development Tbk., mengincar recurring income atau pendapatan berulang melalui bisnis properti perkantoran. Terlebih bisnis properti perkantoran yang berada di kawasan transit oriented development (TOD). Direktur Intiland Archied Noto Pradono menyampaikan tahun 2020 target recurring income tidak mengalami perubahan dari tahun lalu. Kendati demikian, kontribusinya diperkirakan masih cukup untuk mendukung […]

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

JAKARTA – Emiten properti PT Intiland Development Tbk., mengincar recurring income atau pendapatan berulang melalui bisnis properti perkantoran. Terlebih bisnis properti perkantoran yang berada di kawasan transit oriented development (TOD).

Direktur Intiland Archied Noto Pradono menyampaikan tahun 2020 target recurring income tidak mengalami perubahan dari tahun lalu. Kendati demikian, kontribusinya diperkirakan masih cukup untuk mendukung pendapatan perusahaan yang memiliki kode saham DILD tersebut.

“Tahun ini flat, kontribusinya masih sekitar 20%,” jelas Archied, Kamis (05/03). Pada kuartal III/2019 Intiland berhasil mengantongi recurring income sejumlah Rp461,7 miliar atau sekitar 24,9% dari total pendapatannya.

Archied membeberkan sejumlah proyek unggulan berasal dari bisnis properti perkantoran yang meliputi Intiland Tower Jakarta, Intiland Tower Surabaya, dan South Quarter.

Untuk proyek bisnis perkantorannya di wilayah Surabaya terdiri dari Praxis dan Spazio Tower. Praxis baru terjual 50%, sementara Spazio lebih unggul sedikit yakni 60%. Tingkat okupansi proyek perkantoran milik Intiland di Surabaya mencapai 65% dengan harga sewa per bulan sebesar Rp95.000/meter persegi.

Namun ternyata, proyek bisnis perkantoran di Jakarta yaitu Intiland Tower memiliki tingkat okupansi lebih tinggi yakni mencapai 75% dengan harga sewa Rp175.000/meter persegi. Kemudian, South Quarter menjadi paling unggul sebesar 80% dengan harga sewa per bulan Rp230.000/meter persegi.

“Perkantoran yang di Jakarta ini kan semuanya TOD, jadi banyak menjadi pilihan bagi perusahaan,” imbuh Archied.

Pasalnya, kawasan berkonsep TOD memiliki imbas yang positif terhadap industri properti. Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan tingkat okupansi perkantoran di tahun 2019 berada di angka 82,49%.

Berdasarkan data konsultan properti Colliers Internasional Indonesia menyatakan pada 2019 pasokan perkantoran di kawasan pusat bisnis (central business district/CBD) Jakarta meningkat sebesar 2,7% per tahun. Sehingga pada kuartal II/2019 total pasokan perkantoran sebanyak 6,62 juta meter persegi.