Genjot Smart Grid, PLN Anggarkan Capex Rp50 Triliun
JAKARTA – Pemerintah terus menggenjot pengembangan jaringan listrik pintar atau smart grid untuk meningkatkan efisiensi sistem tenaga listrik. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai pelaksana pun telah mengalokasikan anggaran hingga Rp50 triliun untuk menggarap proyek ini. “Estimasi capex atau belanja modal untuk implementasi smart grid sebesar Rp50 triliun,” kata Direktur Perencanaan Korporat PLN […]
Industri
JAKARTA – Pemerintah terus menggenjot pengembangan jaringan listrik pintar atau smart grid untuk meningkatkan efisiensi sistem tenaga listrik.
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai pelaksana pun telah mengalokasikan anggaran hingga Rp50 triliun untuk menggarap proyek ini.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Estimasi capex atau belanja modal untuk implementasi smart grid sebesar Rp50 triliun,” kata Direktur Perencanaan Korporat PLN Muhammad Ikbal Nur dalam sebuah diskusi daring, akhir pekan lalu.
Ia bilang, dana tersebut akan digunakan untuk tahap awal yang berfokus pada keandalan, efisiensi, customer experience, dan produktifitas grid. Kemudian tahap selanjutnya dilakukan uji ketahanan(resiliency), customer engagement, sustainability, dan self healing.
Diketahui, pemerintah memang berencana akan membangun 25 unit baru smart grid dalam lima tahun ke depan. Tekonologi bekerja dengan cara meningkatkan fleksibilitas transmisi dalam menerima Variable Renewable Energy (VRE).
Dalam prosesnya, smart grid dapat mengurangi susut (losses) pada jaringan distribusi untuk digunakan dalam pengembangan distributed generation. Hal ini bisa meningkatkan integrasi energi terbarukan dalam skala besar sehingga ikut menurunkan tarif listrik melalui pengendalian beban puncak listrik.
Selain itu, teknologi ini juga melibatkan partisipasi pelanggan dalam penyediaan tenaga listrik berbasis sumber energi setempat. Sebab, jaringanna bisa mengintegrasikan kegiatan dari seluruh pengguna, mulai dari pembangkit sampai ke konsumen.