<p>Kilang minyak PT Pertamina (Persero) di Cilacap, Jawa Tengah. / Twitter @enamkosongsatu</p>
Energi

Geopolitik Memanas, RI Berpotensi Boncos Rp600 Triliun per Tahun

  • Kondisi global yang tak menentu ditambah dengan adanya perang terbuka antara Iran dan Israel memberikan dampak nyata ke Indonesia. Jika kondisi ini terus berlanjut, Indonesia terancam merogoh dana tambahan dari APBN hingga Rp600 triliun per tahun untuk mengimpor BBM dan gas.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Kondisi global yang tak menentu ditambah dengan adanya perang terbuka antara Iran dan Israel memberikan dampak nyata ke Indonesia. Jika kondisi ini terus berlanjut, Indonesia terancam merogoh dana tambahan dari APBN hingga Rp600 triliun per tahun untuk mengimpor BBM dan gas.

Hal ini diungkapkan Direktur Eksekutif Reforminer Institut, Komaidi Notonegoro. Menurutnya hal ini dapat terjadi karena Iran menguasai Selat Hormuz yang memegang peran penting dan berpengaruh terhadap 40 hingga 50% perdagangan minyak global.

"Setiap (minyak) naik US$1 dolar belanja negara itu akan naik sekitar Rp10 triliun, kalau perang terbuka kan US$60 kenaikannya, nah US$60 kalau US$1 (naik) Rp10 triliun, (kenaikan) 60 (kali dari US$1) dikali Rp10 triliun itu Rp600 triliun peningkatannya per tahun," kata Komaidi dalam diskusi Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas, di Jakarta dilansir pada Rabu, 11 September 2024.

Menurut perhitungan Komaidi, angka Rp600 triliun tersebut belum ditambah dengan harga minyak semula yang akan membuat pemerintah menggelontorkan dana lebih besar.

Jika hal ini terjadi, menurutnya akan ada kenaikan harga BBM subsidi yang ditanggung pemerintah. Anggarannya bisa setara dengan anggaran yang digelontorkan negara untuk sektor pendidikan. Hal ini dipengaruhi oleh posisi Indonesia yang saat ini tidak memiliki daya yang kuat untuk mengendalikan harga minyak global. 

Menurut Komaidi, Indonesia sebagai price taker tidak bisa menghindari harga minyak yang melonjak akibat perang Iran dan Israel lantaran tidak memiliki kontrol sama sekali. Pasalnya porsi konsumsi minyak RI hanya 1,5 juta barel BBM per hari dari total konsumsi global sebanyak 95 juta barel BBM per hari. 

Jika dihitung, Indonesia hanya berkontribusi sebesar 1,57% dari total konsumsi global setiap harinya. Untuk diketahui, harga minyak dunia saat ini berada di kisaran US$72 per barel untuk minyak mentah berjangka Brent.

Seperti diketahui, kedua negara itu telah terlibat dalam permusuhan berdarah selama bertahun-tahun. Gempuran berbalas antara Iran dan Israel makin memanas. Baru-baru ini, Iran secara resmi melakukan serangan militer ke wilayah Israel yang kemudian dibalas kembali oleh Israel.

Namun, siapa sangka, Iran dan Israel dulunya merupakan negara yang tidak bermusuhan. Iran sebelumnya sempat mengakui kedaulatan Israel pada tahun 1950, bahkan menjadi salah satu negara Muslim pertama yang melakukannya. Semua berubah sejak terjadi Revolusi Islam di Iran pada 1979.

Iran kemudian tak senang terhadap keberadaan Israel sejak 1979. Alasannya terkait ideologi. Elit Iran menganggap Israel sebagai penjajah karena telah terbukti menindas bangsa Palestina.

Dari sinilah, Iran sangat galak terhadap Israel dan sekutu setianya, Amerika Serikat. Begitu pula Israel dan AS yang agresif kepada Iran. Permusuhan ini tumbuh selama beberapa dekade ketika kedua belah pihak berusaha untuk memperkuat dan mengembangkan kekuatan dan pengaruh mereka di wilayah tersebut.

Kini, Iran mendukung jaringan "poros perlawanan" yang terdiri dari kelompok-kelompok politik dan bersenjata di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman. Israel pun telah beberapa kali melakukan serangan terhadap Iran, baik itu melalui spionase atau sabotase.