Gerak Saham BREN Usai Laporkan Kinerja Keuangan 2023
- Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dibuka langsung bertenaga meski emiten yang bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT) telah melaporkan kinerja keuangan 2023 yang kurang impresif.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dibuka langsung bertenaga meski emiten yang bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT) telah melaporkan kinerja keuangan 2023 yang kurang impresif.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2023 yang dipublikasikan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 19 Maret 2024, emiten yang dimiliki Prajogo Pangestu ini sukses membukukan kenaikan pendapatan menjadi US$594,93 juta atau setara Rp9,18 triliun sepanjang 2023. (Kurs jisdor Rp15.439)
Sebagai catatan, pendapatan emiten bersandikan BREN terbesar didukung oleh kontrak penjualan listrik kepada pelanggan senilai US$275,12 juta, disusul oleh penjualan uap senilai US$126,52 juta, pendapatan dari sewa operasi senilai US$152,75 juta, dan pendapatan dari sewa pembiayaan senilai US$40,50 juta.
- Bagaimana Gerhana Matahari Total Membantu Kita Mengukur Sejarah Kuno?
- Tips Efektif Mengelola dan Melunasi Utang Pinjol agar Tidak Diteror Debt Collector
- Xpeng Asal China Segera Luncurkan Mobil Listrik AI Harga Rp200 Jutaan
Alhasil, Barito Renewables Energy mencatatkan pendapatan sebesar US$594,93 juta atau setara dengan Rp9,18 triliun. Pendapatan ini naik tipis sebesar 4,41% dibandingkan dengan posisi 2022 sebesar US$569,78 juta.
Meskipun begitu, kenaikan pendapatan BREN tidak sejalan dengan perolehan laba tahun berjalan sepanjang 2023 yang berada di level US$145,26 juta atau setara Rp2,24 triliun. Laba tersebut mengalami penurunan sebesar 15,81% dari posisi 2022 yang tercatat sebesar US$174,56 juta.
Akan tetapi, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk justru naik menjadi US$107,41 juta atau setara Rp1,65 triliun. Laba ini naik 17,87% dibandingkan dengan 2022 sebesar US$91,12 juta.
Lantas apa yang membuat laba BREN mengalami penurunan? Asal tahu saja, beban sebelum beban keuangan dan pajak konsolidasi BREN tercatat mengalami kenaikan menjadi sebesar US$178,4 juta.
Kenaikan tersebut diakibatkan utamanya oleh kenaikan beban penyusutan sebesar US$5,7 juta atas sumur-sumur baru Salak, Darajat dan Wayang Windu yang telah dioperasikan pada tahun 2022.
Selain itu, terdapat kenaikan juga terhadap tunjangan produksi kepada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) sebesar US$1,7 juta yang disebabkan oleh kenaikan pendapatan dan laba operasional bersih serta adanya pos kenaikan beban konsultan dan teknisi sebesar US$1,9 juta.
Meski laba bersih susut, total kewajiban yang harus dibayarkan BREN per Desember 2023 berada di level US$2,85 miliar. Angka tersebut turun tipis dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya sebesar US$2,95 miliar. Rinciannya liabilitas jangka panjang sebesar US$2,62 miliar dan liabilitas jangka pendek sebesar US$2,36 miliar.
Kemudian total ekuitas sampai dengan akhir 2023 tercatat sebesar US$650,33 juta naik dibandingkan dengan posisi 2022 sebesar US$435 juta. Total aset BREN juga tercatat sebesar US$3,50 miliar.
Rencana Ke Depan
Direktur Utama BREN Hendra Soetjipto Tan mengatakan sebagai perseroan EBT terkemuka di Indonesia, pihaknya mencatat pencapaian penting lainnya pada tahun 2023 dengan keberhasilan menyelesaikan penawaran umum perdana (IPO) senilai US$200 juta.
“Langkah berikutnya dengan mendiversifikasi portofolio energi terbarukan kami di luar panas bumi melalui akuisisi aset pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) dengan potensi kapasitas yang cukup besar,” ujar Hendra dalam keterangan resmi pada Selasa, 19 Desember 2023.
Diversifikasi portofolio tersebut semakin memperkuat komitmen anak perusahaan PT Barito Pacific Tbk dalam mendukung transisi energi Indonesia menuju sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Sebagai bagian dari upaya mengoptimalkan pemeganga saham, kata Hendra, pada Desember 2022 lalu, perseroan mengambil pinjaman baru untuk mendukung akuisisi tambahan saham di aset operasional BREN antara lain Wayang Windu, Salak, dan Darajat.
“Ke depannya, kami tetap menjalankan rencana ekspansi kami untuk mengoperasikan kapasitas sebesar 1.300 MW pada tahun 2028, yang akan dicapai melalui pengembangan unit-unit baru di wilayah operasi panas bumi kami yang sudah ada dan pengembangan kawasan greenfield di bidang energi panas bumi maupun tenaga angin,” jelasnya.
Rekomendasi Saham
Berdasarkan data RTI Business, pada perdagangan Selasa, 19 Maret 2024, pukul 10:29 WIB, saham BREN menguat 1,93% ke level Rp5.275 per saham. Akan tetapi, sepanjang tahun ini (year-to-date/ytd) harga saham ini telah anjlok 30,92%.
Meski begitu, Reliance Sekuritas Indonesia menilai penurunan harga saham BREN merupakan hal yang wajar lantaran diakibatkan oleh aksi profit taking daripada investor. Pihaknya juga meyakini saham ini masih menarik dengan menargetkan harga Rp6.000 per saham.
Asal tahu saja, saham BREN pernah menikmati masa bulan madu usai pasca IPO pada awal Oktober 2023 di harga Rp780 per saham. Bukannya apa-apa, harga saham emitlen Prajago Pangestu ini sukses menembus level Rp8.100 per saham pada 8 Desember 2023.
Dalam periode tersebut, kapitalisasi pasar BREN mencapai Rp1083,67 triliun, mengungguli emiten perbankan BBCA yang telah mendominasi pasar dengan kapitalisasi Rp1000 triliun selama 20 tahun terakhir.