<p>Ilustrasi Furnitur/ Sumber: furniturebydesign.nz</p>
Industri

Kerek Penjualan, Furnitur Chitose Internasional Bidik Segmen Pendidikan

  • Emiten furnitur PT Chitose Internasional Tbk bakal membidik penjualan dari segmen pendidikan untuk memperbaiki kinerja keuangan di tahun ini. Strategi ini ditempuh untuk mengerek penjualan perusahaan yang lesu selama tahun lalu.

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Emiten furnitur PT Chitose Internasional Tbk bakal membidik penjualan dari segmen pendidikan untuk memperbaiki kinerja keuangan di tahun ini. Strategi ini ditempuh untuk mengerek penjualan perusahaan yang lesu selama tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, emiten berkode CINT ini mengalami penurunan penjualan hingga 23% menjadi Rp330,67 miliar pada 2020 dari sebelumnya Rp407,45 miliar pada 2019.

Direktur PT Chitose Internasional Fadjar Swatyas mengungkap penjualan segmen pendidikan bakal mendominasi hingga 50% dari keseluruhan penjualan perusahaan.  Sementara penjualan sektor retail ditargetkan sebesar 30% dan perkantoran 20%.

“Target yang kami pasang ini karena melihat pola yang terjadi saat ini. Apalagi ada kabar pembelajaran tatap muka direncanakan dibuka Juli atau Agustus 2021,” jelas Fadjar dalam pemaparan publik, Rabu 14 April 2021.

Fadjar mengungkap perusahaan mengincar pertumbuhan pendapatan sebesar 5% year on year di tahun ini. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan memasang target laba bersih menjadi Rp20 miliar pada 2021. 

Di sisi lain, penjualan yang menyusut membuat laba bersih perusahaan terperosok dalam pada 2020. Laba bersih perusahaan turun hingga tujuh kali lipat dari Rp7,08 miliar pada 2019 menjadi Rp1,06 miliar pada 2020. 

Hal itu diikuti pula oleh nilai aset perusahaan yang menukik dari Rp521 miliar pada 2019 menjadi Rp498 miliar pada 2020. Oleh karena itu, perusahaan mencoba berhemat dengan memangkas liabilitas pada tahun lalu.

Liabilitas jangka pendek perusahaan tercatat turun menjadi Rp94 miliar pada 2020 dari sebelumnya Rp105 miliar pada 2019. Sementara penurunan lebih banyak ada pada liabilitas jangka panjang yang merosot dari Rp131 miliar pada 2019 menjadi Rp112 miliar pada 2020.

Salah satu penyebab penurunan liabilitas terbesar adalah pembayaran account payable atas utang usaha perusahaan sebesar Rp8,74 miliar pada 2020. Hal ini membuat utang usaha pihak berelasi perusahaan berkurang 99,46% menjadi hanya Rp41 juta pada 2020.

Adapun jumlah ekuitas perusahaan turun tipis dari Rp389,67 miliar pada 2019 menjadi Rp385,35 miliar pada 2020. Dengan demikian, debt to equity ratio (DER) perusahaan tercatat sebesar 29% yang berarti kewajiban perusahaan tidak lebih banyak dari modal bersihnya.

Keuangan yang cukup aman ini membuat perusahaan berani mengalokasikan belanja modal hingga Rp2,6 miliar di tahun ini. Harapannya, peningkatan kapasitas produk dapat mengerek kembali laba bersih perusahan yang ambles pada tahun lalu.

“Sejauh ini sudah ada kenaikan dari permintaan. Ada tambahan juga untuk masuk ke kantor-kantor kecil,”  tutup Fadjar. (RCS)