Giant Tutup Total Juli 2021, Ada yang Salah dengan Ritel Berformat Hypermarket?
Ketua Umum (Ketum) Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan format hypermarket memang salah satu format ritel yang paling terdampak pandemi.
Industri
JAKARTA – PT Hero Supermarket Tbk (HERO) resmi akan menutup seluruh gerai Giant pada akhir Juli 2021. Selain itu, beberapa gerai juga akan diubah jadi lini bisnis usaha HERO lainnya, Hero Supermarket dan IKEA.
“Perubahan strategi ini merupakan respons cepat dan tepat perseroan yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap perubahan dinamika pasar,” ujar Direktur HERO Hadrianus Wahyu Trikusumo, Selasa, 25 Mei 2021 lalu.
Hadrianus mengatakan perubahan pasar ini terlebih akibat beralihnya konsumen Indonesia dari format hypermarket dalam beberapa tahun akhir. Menurutnya, hal ini juga tren yang terlihat di pasar global lainnya.
Ketua Umum (Ketum) Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan format hypermarket memang salah satu format ritel yang paling terdampak pandemi.
“Namanya COVID orang-orang tidak ada yang mau berlama-lama di pusat perbelanjaan, takut. Dapat satu barang, ya pulang,” ujarnya saat dihubungi TrenAsia.com, Kamis, 27 Mei 2021.
Format hypermarket yang membutuhkan area luas ini juga jadi tidak menguntungkan ketika angka kunjungan konsumen berkurang selama pandemi COVID-19. Menurutnya, kondisi tersebut membuat angka beban sewa tidak dapat ditutupi oleh omzet yang didapat toko.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Meski begitu, Budihardjo percaya hypermarket tetap akan dibutuhkan pasca pandemi. Hal ini karena kebiasaan konsumen seperti belanja bulananakan tetap ada dan hypermarket adalah tempat paling cocok untuk itu.
Pengamat properti dari Savills Indonesia, Anton Sitorus, mengatakan penutupan gerai Giant seluruh Indonesia ini bukan karena beralihnya konsumen dari format hypermarket.
“Ini lebih karena kompetisi yang ketat di sektor hypermarket dan perusahaan memutuskan untuk tidak lagi bersaing di pasar tersebut,” ujarnya pada wartawan TrenAsia.com, Kamis, 27 Mei 2021.
Anton beropini sebenarnya jika dibandingkan dengan hypermarket lain, Giant memang tidak begitu menarik. Tidak menariknya Giant, menurutnya, terlihat dari gedung-gedung lama yang tidak direnovasi atau rak-rak yang banyak kosongnya.
Seperti Budihardjo, Anton mengatakan prospek hypermarket ke depannya tetap menjanjikan. Meski begitu, dirinya menyarankan para pelaku ritel hypermarket agar berinovasi agar terdiferensiasi dari supermarket atau minimarket.
“Kalau dulu kan, sebenarnya hypermarket ini awalnya lebih ke ritel besar grosir hanya bisa beli barang lusinan. Terus juga ada membership-nya. Nah, ini yang mungkin bisa dicoba lagi,” ujarnya.
Kartu anggota atau membership ini nantinya akan memberikan konsumen yang menjadi anggota berbagai keunggulan seperti diskon, tempat parkir gratis, dan lainnya. Jika penggunaannya sudah luas, hypermarket pun bisa sepenuhnya terbatas hanya untuk anggota yang terdaftar.
Anton mengatakan konsep seperti ini sudah diterapkan di Amerika Serikat. Di sana, hypermarket Costco terbatas hanya untuk anggota yang sudah terdaftar saja. Dengan kartu anggota tersebut, konsumen dimanjakan dengan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan berbelanja di tempat lain. (RCS)