GoTo Proyeksikan Nilai Jasa e-Commerce Tokopedia Capai Rp177 Miliar per Kuartal
- Dalam penyampaian paparannya, Patrick Walujo menjelaskan bahwa kemitraan dengan TikTok memiliki potensi untuk menjadikan Tokopedia sebagai pemimpin dalam bisnis e-commerce di Indonesia.
Tekno
JAKARTA - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengadakan Paparan Publik Insidental pada Rabu, 28 Februari 2024, yang mana di dalam kesempatan tersebut Perseroan memaparkan proyeksinya mengenai valuasi e-commerce dari Tokopedia pascatransaksi TikTok.
Baca Juga: Akuisisi TikTok terhadap Tokopedia Berpotensi Dongkrak Kinerja Keuangan GOTO
Dalam penyampaian paparannya, CEO Patrick Walujo menjelaskan bahwa kemitraan dengan TikTok memiliki potensi untuk menjadikan Tokopedia sebagai pemimpin dalam bisnis e-commerce di Indonesia.
Dikatakan oleh Patrick, pasar Tokopedia dan TikTok saling melengkapi tanpa tumpang tindih. Keduanya akan menargetkan segmen mass market dan urban, menciptakan entitas gabungan yang dapat menjangkau pasar lebih besar di Indonesia dengan potensi pertumbuhan yang signifikan.
Dengan investasi sebesar US$1,5 miliar, TikTok kini menguasai 75% saham, sementara GoTo memegang 25% saham di Tokopedia.
Patrick optimis bahwa GoTo akan meraih manfaat signifikan dari masuknya TikTok di Tokopedia, mengamankan kepemilikan saham tanpa adanya dilusi lebih lanjut.
Patrick juga menekankan bahwa GoTo akan menerima pendapatan berkelanjutan yang besar seiring dengan pertumbuhan nilai transaksi barang (Gross Merhandise Value/GMV) Tokopedia di masa mendatang.
Manajemen GoTo memproyeksikan nilai layanan jasa e-commerce (service fee) dari Tokopedia sebesar Rp177 miliar per kuartal atau total mencapai Rp708 miliar per tahun. Persentase fee berjenjang akan didasarkan pada nilai GMV pasca-kombinasi TikTok-Tokopedia.
Patrick mengungkapkan bahwa keuntungan lainnya adalah fokus GoTo untuk mengembangkan bisnis Online Data System (ODS) melalui Gojek dan teknologi finansial (fintech) melalui GoTo Financial. Ditambah lagi, GoTo tidak perlu lagi menyuntikkan dana ke Tokopedia
Baca Juga: Analisis Kerugian GOTO Rp80 Triliun dari Transaksi dengan TikTok
“GoTo dapat fokus pada pengembangan ODS dan fintech, dan tetap mendapatkan pertumbuhan Tokopedia ke depan," ungkap Patrick dalam Paparan Publik GoTo yang diselenggarakan secara virtual, Rabu, 28 Februari 2024.
Patrick mengatakan bahwa proses migrasi sistem TikTok ke platform Tokopedia berjalan sesuai rencana dan hampir mencapai penyelesaian. Diperkirakan bahwa seluruh transisi akan selesai dalam waktu 1,5 bulan mendatang.
Proses integrasi teknis ini melibatkan pemisahan sistem elektronik antara TikTok dan Tokopedia, sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2023. Meskipun demikian, Patrick menjamin konsumen akan tetap menikmati pengalaman belanja yang nyaman.
Dalam kesempatan yang sama, Jacky Lo menyampaikan bahwa perseroan berhasil mencatat EBITDA Grup yang disesuaikan positif pada kuartal IV-2023.
Lo optimis bahwa Perseroan akan melanjutkan tren positif ini seiring dengan adanya manfaat transaksi antara Tokopedia dan TikTok.
Lo menegaskan bahwa perusahaan akan menjaga keseimbangan antara penguatan kinerja keuangan dan investasi untuk inovasi produk serta pertumbuhan di tahun 2024.
Analisis Kerugian GOTO Rp80 Triliun dari Transaksi dengan TikTok
Sebagaimana diketahui, pada 31 Januari 2024, GOTO mengumumkan hasil transaksi dengan TikTok dan dampaknya terhadap laporan keuangan perusahaan.
Kabar mengejutkan datang ketika GOTO melaporkan kerugian sebesar Rp80,3 triliun, yang membuatnya mencatat rekor kerugian terbesar dalam sejarah perusahaan Tbk di Indonesia.
Penyebab kerugian tersebut dijelaskan oleh pengamat pasar modal, Teguh Hidayat, yang merinci bahwa transaksi dengan TikTok pada dasarnya menyebabkan penurunan nilai ekuitas dan aset GOTO.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah mengapa GOTO tetap berkolaborasi dengan TikTok meskipun merugikan perusahaan sebesar itu?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat sejarah berdirinya GOTO. Perusahaan ini merupakan hasil merger antara Gojek dan Tokopedia pada tahun 2015.
Pada Mei 2021, GOTO mengakuisisi Tokopedia dengan nilai Rp113 triliun, menggunakan penerbitan saham baru.
Namun, analisis Teguh menunjukkan bahwa nilai wajar Tokopedia sebenarnya hanya Rp20 triliun, menyebabkan munculnya goodwill sebesar Rp93 triliun di laporan keuangan GOTO.
Baca Juga: Jajaran Direksi dan Komisaris Tokopedia setelah Diakuisisi TikTok
Teguh menjelaskan bahwa kebijakan akuntansi Indonesia memungkinkan praktik seperti ini, di mana nilai ekuitas dan aset perusahaan dapat meningkat secara signifikan dengan menggunakan standar akuntansi yang berlaku.
Namun, hal ini memunculkan pertanyaan tentang keabsahan praktik ini dan apakah perusahaan seharusnya memanfaatkannya.
Pada akhirnya, setelah pelepasan Tokopedia ke TikTok, GOTO kehilangan 75% saham Tokopedia dan tidak lagi menjadi pemegang saham mayoritas.
Hal ini mengakibatkan penghapusan aset goodwill senilai Rp76.6 triliun, yang pada gilirannya menyebabkan kerugian sebesar Rp80.3 triliun di laporan keuangan GOTO.
Posisi laporan keuangan GOTO setelah transaksi ini menunjukkan penurunan total aset dari Rp132 triliun menjadi Rp49.5 triliun dan ekuitas dari Rp116 triliun menjadi Rp40,5 triliun per Q3 2023.
Laporan laba rugi juga mencatat penurunan pendapatan dari Rp10,5 triliun menjadi Rp6,9 triliun, sementara rugi bersih meningkat dari Rp9,6 triliun menjadi Rp88,1 triliun.
Namun, perlu diingat bahwa sebagian besar kerugian ini terkait dengan pencatatan transaksi dengan TikTok, dan bukan uang yang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan.
Teguh juga menyoroti bahwa valuasi saham GOTO menjadi lebih rendah setelah transaksi ini, meskipun harga sahamnya sudah turun signifikan dari harga IPO.
Hal ini mengindikasikan bahwa pasar modal tidak sepenuhnya percaya dengan kinerja dan nilai perusahaan setelah kehilangan saham mayoritas Tokopedia.
Meskipun demikian, Teguh setuju bahwa pelepasan Tokopedia ke TikTok dapat menguntungkan GOTO dalam jangka panjang, mengingat beban operasional yang berkurang dengan tidak lagi memegang mayoritas saham Tokopedia.
Ini diharapkan dapat membawa GOTO menuju keuntungan lebih cepat dan mengubah arah kinerjanya yang selama ini cenderung merugi.
“Sejak awal GOTO juga bakar duit terus di Tokped, sehingga dengan perusahaan tidak lagi pegang Toped maka beban operasionalnya jadi berkurang sehingga harapannya GOTO akan mencapai profit lebih cepat pasca kolaborasi dengan TikTok ini, aka tidak rugi melulu seperti sekarang,” kata Teguh dikutip dari risetnya, Senin, 12 Februari 2024.