Gokil! Baru 2 Minggu Borong Saham DCII, Kekayaan Anthoni Salim Tambah Rp10,35 Triliun
Harga saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) telah melesat tajam dalam beberapa waktu terakhir. Salah satu yang ketiban berkah dari fenomena ini adalah Bos Grup Indofood, Anthoni Salim.
Pasar Modal
JAKARTA – Harga saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) telah melesat tajam dalam beberapa waktu terakhir. Salah satu yang ketiban berkah dari fenomena ini adalah Bos Grup Indofood, Anthoni Salim.
Salah satu konglomerat Indonesia itu diketahui telah membeli 192,74 juta lembar saham DCII di harga Rp5.277 pada 31 Mei 2021. Ia ditaksir merogoh kocek sekitar Rp1,01 triliun dalam aksi borong saham tersebut.
Namun, nilai yang dikeluarkan Anthoni pada saat itu tak sebanding dengan keuntungan yang diraihnya. Bagaimana tidak, harga saham DCII telah mencapai level Rp59.000 per lembar pada akhir perdagangan Rabu, 16 Juni 2021 atau meroket 1.018% dari harga saham DCII yang dibelinya saat itu.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Berdasarkan perhitungan TrenAsia.com, nilai saham DCII yang digenggam Anthoni Salim saat ini dari hasil pembelian saham terakhirnya saja sudah mencapai Rp11,37 triliun.
Dengan kata lain, ia berhasil menghasilkan margin keuntungan sekitar Rp10,35 triliun dari hasil peningkatan saham DCII hanya dalam waktu 16 hari.
Itu belum termasuk 72,29 juta saham DCII yang dimiliki Anthoni Salim sebelumnya adanya transaksi per 31 Maret 2021. Jika diakumulasi, maka valuasi saham dari 11,12% porsi kepemilikan saham DCII miliknya saat ini mencapai Rp15,64 triliun.
Harga saham DCII saat ini juga yang termahal di pasar modal Indonesia. Saham emiten pusat data tersebut berhasil menggeser posisi PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang berada pada harga Rp35.650 per lembar, serta PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada level harga Rp31.925 per saham.
Harga saham DCII telah meroket hingga 13.947% dibandingkan dengan harga penawaran umum perdananya, sebesar Rp420 per lembar saham. Yang tak habis pikir, peningkatan tersebut terjadi hanya dalam jangka waktu kurang dari enam bulan semenjak perseroan melantai di BEI pada 6 Januari 2021. (SKO)