<p>Aplikasi GoLife./ PlayStore</p>
Industri

GoLife Ditutup, Apa Dampak bagi Pelanggan dan Mitra?

  • JAKARTA – PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Gojek Indonesia memutuskan untuk melakukan pengurangan terhadap 430 orang atau 9% dari total karyawan pada 24 Juni 2020. Co-CEO Gojek Indonesia Andre Soelistyo mengungkapkan, karyawan yang harus meninggalkan perusahaan tersebut terkait dari divisi GoLife dan GoFood Festival. Keputusan ini pun berdampak pada penutupan kedua layanan tersebut mulai […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Gojek Indonesia memutuskan untuk melakukan pengurangan terhadap 430 orang atau 9% dari total karyawan pada 24 Juni 2020.

Co-CEO Gojek Indonesia Andre Soelistyo mengungkapkan, karyawan yang harus meninggalkan perusahaan tersebut terkait dari divisi GoLife dan GoFood Festival. Keputusan ini pun berdampak pada penutupan kedua layanan tersebut mulai 27 Juli mendatang.

Menurutnya, perampingan struktur perusahaan mesti dilakukan untuk mengoptimalisasi pertumbuhan yang berkesinambungan di masa mendatang. Ke depan, fokus layanan inti Gojek mengarah pada GoRide, GoFood, dan GoPay sebagai fitur transaksi digital.

Adapun penutupan layanan GoLife dan GoFood Festival dilakukan berdasarkan evaluasi atas situasi makro ekonomi dan perubahan perilaku masyarakat yang menjadi lebih waspada terhadap aktivitas yang melibatkan kontak fisik.

“Kedua bisnis ini, GoLife dan GoFood Festival membutuhkan interaksi jarak dekat. Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi penurunan yang siginifikan. Kondisi tersebut terjadi seiring adanya pandemi COVID-19,” ungkap keterangan resmi yang dirilis Gojek pada hari pengurangan karyawan tersebut.

Dampak Penutupan

Dampak dari penutupan layanan tersebut, khususnya GoLife dirasakan baik oleh mitra maupun pelanggan.

Fitur GoLife terdiri dari beberapa layanan, yakni GoDaily, GoLaundry, GoGlam, GoClean dan GoMassage. Irma (40), salah satu pengguna GoClean, menanggapi pengumuman atas penutupan layanan tersebut.

“Sebenarnya agak sedih karena selama ini kantor kami menggunakan jasa ini untuk layanan kebersihan. Di saat kantor kami tidak mempunyai office boy, GoClean sangat membantu untuk kebutuhan bersih-bersih,” ungkapnya kepada TrenAsia, Rabu, 1 Juli 2020.

Selama berlangganan hampir dua tahun lamanya, Irma biasa memesan layanan ini dua kali dalam seminggu. Pada waktu itu, disebutkan bahwa kantornya masih berada di lokasi yang lama dan terdiri dari empat lantai.

“Sebelum pindah kantor, kami memakai jasa dengan durasi empat jam karena ada empat lantai. Tetapi sejak pindah, kantor yang baru hanya ada dua lantai. Jadi, kami pun hanya memesan satu kali per minggu,” terang Irma.

Irma juga mengungkapkan, kantornya sempat vakum memesan layanan ini sejak GoLife dinonaktifkan selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

“Baru memakai layanan GoClean lagi setelah PSBB agak dilonggarkan,” tambahnya.

Dalam menggunakan layanan ini, kata Irma, kelebihannya ada pada sisi fleksibilitas. “Tidak ada keterikatan kontrak. Jadi kalau dari sisi perusahaan, tidak harus mendaftarkan asuransi karena hitungannya jasa putus,” ujarnya.

Dengan demikian, lanjutnya, tidak ada beban perusahaan dan dapat menghemat keuangan. Ke depan, saat layanan GoLife sudah ditutup, Irma pun memutuskan untuk mencari jasa kebersihan lain.

“Nanti saat benar-benar sudah ditutup, mau tidak mau kantor harus mencari jasa bersih-bersih lain,” jelasnya.

Di sisi lain, dampak utama dari penutupan GoLife juga dialami oleh para mitra, salah satunya Sarda (46), seorang mitra yang telah bergabung kurang lebih satu tahun di GoClean.

“Selama ini GoClean sudah banyak membantu saya. Dengan adanya penutupan ini, sudah pasti akan berpengaruh pada penghasilan,” ungkapnya.

Sarda bercerita, penurunan pendapatan sudah dirasakannya sejak adanya pandemi COVID-19. “Pendapatan merosot sekali, banyak kehilangan order,” ujarnya.

Pada bulan Juni ini, kata Sarda, ia hanya mendapatkan tujuh pesanan, sedangkan sebelum pandemi menyerang, pemesanan yang masuk bisa dua hingga tiga kali setiap minggu.

Menurutnya, pandemi ini benar-benar membuat pendapatannya collaps. Ia pun mengaku tidak bisa jika hanya mengandalkan GoClean. Saat ini, ia memutuskan untuk menyambi pekerjaan di sebuah tempat katering.

“Berhubung butuh uang untuk membayar kontrakan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, akhirnya saya pun mengambil sambilan di katering,” ungkap Sarda.

Namun, Sarda juga mengungkapkan telah mendapatkan pesangon dari Gojek sebesar Rp500 ribu. “Dapat pesangon lima ratus ribu. Alhamdulillah, sudah saya terima,” ucapnya.

Meskipun demikian, Sarda akan mempertimbangkan untuk bergabung ke layanan inti lainnya dari Gojek. “Belum tahu, melihat perkembangan saja,” ungkapnya.

Sarda yang selama ini banyak mendapatkan orderan dari kantor-kantor perusahaan dan perumahan, mengaku mendapatkan pengalaman berharga, seperti jalinan relasi.

“Pengalaman menariknya adalah jadi punya banyak relasi,” tuturnya.

Inisiatif Mantan Karyawan GoLife

Dampak penutupan layanan GoLife pun mengundang inisiatif dari beberapa mantan karyawan divisi tersebut. Sebuah akun Instagram resmi @rekomenjasa, dibuat oleh sejumlah eks karyawan GoLife berinisiatif mencari cara agar mitra GoLife tetap dapat diakses calon pengguna jasa.

“Tutupnya GoLife berarti belasan ribu mitra akan kehilangan channel untuk mendapat kesempatan kerja. Artinya, banyak dari mereka akan kehilangan pemasukan untuk bertahan hidup,” tulis keterangan dalam akun tersebut.

Dengan adanya @rekomenjasa, diharapkan dapat menjadi solusi bagi penyedia jasa yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK), bahkan tidak hanya untuk mitra GoLife secara khusus.

“Dari sini, muncul ide untuk membuat @rekomenjasa, suatu direktori penyedia jasa individu yang diisi oleh mereka yang pernah penggunakan jasa mitra secara langsung,” terangnya.

Dijelaskan, akun tersebut terbuka dan dapat diakses oleh calon pengguna jasa secara umum. Masyarakat pun diajak untuk membantu para mitra terdampak dengan cara merekomendasikan jasa yang pernah digunakannya di tautan http://bit/ly/rekomenjasa.