Induk perusahaan Shopee asal Singapura, Sea Ltd semakin tenggelam di zona merah.
Dunia

Gonjang Ganjing PHK Karyawan, Pemilik Shopee Kehilangan Kekayaan hingga Rp230 Triliun

  • JAKARTA- Shopee tengah memgalami gonjang ganjing. Selasa lalu, platform jual beli digital ini melakukan PHK pada sejumlah karyawannya tanpa pemberitahuan. Sesaa

Dunia

Rizky C. Septania

JAKARTA- Shopee tengah mengalami guncangan dalam dunia bisnisnya. Selasa lalu, platform jual beli digital ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sejumlah karyawannya tanpa pemberitahuan. Sesaat setelah ada kabar PHK, karyawan yang terkena imbas langsung diminta mengembalikan aset dan diberi pesangon.

Sehari setelah PHK massal yang dilakukan Shopee, memo yang berasal dari pemilik induk perusahaan Shopee, SEA Group, Forest Li bocor. Dalam memonya, tertulis bahwa saat ini perusahaan sedang berusaha bangkit.

Imbas dari hal tersebut, Shopee harus melakukan efisiensi dan menekan pengeluaran. Salah satunya berhubungan dengan pengurangan karyawan. 

Lewat memo tersebut, Li mengatakan bahwa perusahaan menargetkan Shopee bisa berdikari dan normal kembali dalam kurun waktu 12 hingga 18 bulan ke depan.

Menarik kebelakang mengenai pemilik SEA group, Forest Li dan ramalan akan goyahnya Shopee Indonesia tentunya berhubungan dan dapat diprediksi.

SEA Group ini memulai debutnya di Bursa Efek New York pada tahun 2017. Sesaat setelah IPO, performa SEA group dengan cepat menjadi perusahaan teknologi paling berharga di Asia Tenggara dengan saham melonjak ke level tertinggi menjadi sebesar US$366,99 per saham atau kisaran Rp5,5 juta (asumsi kurs Rp15.000 per doalr AS) pada Oktober 2021.

Peningkatan performa saham didukung karena pandemi mendorong permintaan untuk game online, e-commerce dan bisnis pembayaran digital.

Sayangnya sejak saat itu, saham SEA terus  merosot hingga lebih dari 60%. Penyebabnya ada beberapa faktor, mulai dari pengurangan kepemilikan oleh Tencent dan dilarangnya game  Free Fire dilarang di India yang kemudian mengakibatkan kerugian bersihnya pun melebar.

Meski pendapatan grup meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar US$10 miliar pada tahun 2021, kerugian bersihnya ikut melebar menjadi US$2 miliar atau Rp30,3 triliun  dari awalnya US$1,6 miliar atau Rp24,24 triliun .

Pada Maret lalu, Shopee dikabarkan menutup layanannya di India. Hal ini dilalakukan padahal kala itu Shopee India baru 6 bulan beroperasi. Mengutip laman Forbes Maret lalu , miliarder asal Singapura ini mengatakan bahwa raksasa teknologi yang merugi.

Rugi didapat setelah mengkonsolidasikan bisnis e-commerce menyusul ekspansi global yang agresif dalam beberapa tahun terakhir.

Penutupan tersebut menyusul keluarnya Shopee dari Prancis awal bulan April karena perusahaan e-commerce itu berfokus pada pertumbuhan pasar di Brasil, Asia Tenggara, dan Taiwan.

“Mengingat ketidakpastian pasar global, kami telah memutuskan untuk menutup inisiatif Shopee India tahap awal kami,” kata Sea dalam sebuah pernyataan kala itu.

Akibat insiden yamg terjadi periode ini, kekayaan Li dikaarkan mengguap hingga US$6,5 mikuar atau setara Rp98 triliun.

Pada pertengahan kuartal kedua, SEA grup kembali menunjukkan pertanda ketidakstabilan.

Kala itu, Sea Group dikabarkan melakukan PHK pada sejumlah karyawan di unit bisnis Garena dan usaha barunya, Sea Labs. Kebijakan ini kabarnya berdampak pada perampingan sekitar 30–40 posisi pekerjaan, seperti tim riset dan pengembangan, produk, serta quality assurance.

Shopee juga telah melakukan PHK terhadap karyawan unit bisnis ShopeePay dan ShopeeFood di regional Asia Tenggara, tidak termasuk Indonesia

Tak hanya itu, Sea Group kembali menghentikan. operasional Shopee di wilayah Amerika Selatan, seperti Argentina, Chili, Kolombia dan Meksiko pun dihentikan.

Pada pertengahan September, Sea Group dilaporkan tidak akan menggaji para petingginya dalam beberapa waktu ke depan. Induk Shopee itu juga bakal memperketat pengeluaran perusahaan. Kebijakan ini merespons makin lesunya kinerja keuangan perusahaan dalam beberapa kuartal terakhir.

“Para pimpinan telah sepakat bahwa kami tidak mengambil kompensasi tunai hingga perusahaan mencapai kecukupan. Seperti yang kita lihat, ini bukanlah badai yang berlalu dengan cepat, kondisi negatif ini mungkin akan berlangsung hingga jangka menengah,” ujar CEO Sea Group Forrest Li dalam email internal kepada karyawannya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Kekayaan Makin Habis

Pasca PHK yang dilakukan pada karyawan Shopee Indonesia, kekayaan Forest Li semakin susut. Awalnya, Li terhitung memiliki kekayaan sebesar US$22 miliar atau kisaran Rp333,33 triliun pada 2021 lalu.

Kekayaan Li hampir sepenuhnya diperoleh dari kepemilikan sahamnya di perusahaan konsumer teknologi yang melantai di Bursa Efek New York (NYSE/Wall Street), Sea Ltd.

Menurut prospektus awal yang terbit di situs resmi US Securities and Exchange Commission (SEC) atau Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat, sebelum melantai di bursa Li menggenggam 56,12 juta saham biasa Sea Ltd atau setara 20,7%.

Namun saat ini, Bloomberg Billionare Indeks mencatat kekayaan Forest Li tinggal US$6,8  miliar atau Rp103 triliun. Artinya, dalam setahun kekayaan Li menguap hingga Rp230 triliun.