Presiden Unit Bisnis Financial Technology GoTo Hans Patuwo (kiri) dan CEO Grup GoTo Patrick Walujo (kanan) secara resmi melakukan peluncuran Aplikasi GoPay saat Jumpa Pers di Jakarta, Rabu 26 Juli 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

GOTO, BUKA, dan BELI Harus Menyongsong Peluang Jangka Panjang

  • Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) semakin memperkuat posisinya di pasar domestik maupun regional.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) semakin memperkuat posisinya di pasar domestik maupun regional.

Langkah tersebut didorong oleh pertumbuhan industri teknologi di Indonesia yang terus bergerak dinamis. Namun, pertanyaan yang muncul bukan hanya soal kinerja jangka pendek, melainkan strategi jangka panjang yang diterapkan untuk bersaing di tengah kondisi pasar yang terus berubah.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis dan Sabela Nur Amalina, pertama menyoroti GOTO memiliki momentum positif menuju kuartal III-2024, dengan ekspektasi peningkatan gross transaction value (GTV) dan performa yang lebih baik di segmen fintech.

“Strategi ekspansi GOTO melalui aliansi yang solid dengan platform regional seperti TikTok menempatkan mereka dalam posisi kuat untuk memanfaatkan peluang di pasar ASEAN,” ungkap Niko dan Sabela dalam risetnya pada Senin, 21 Oktober 2024.

Selain itu, analis perusahaan efek tersebut juga mempertahankan rekomendasi buy untuk GOTO, dengan target harga berbasis discounted cash flow (DCF) sebesar Rp90 per saham. Target ini menyiratkan price-to-sales (P/S) sebesar 5,6 kali dan EV/S sebesar 6,8 kali.

Sementara itu, e-commerce Blibli yang menggunakan kode saham juga semakin agresif dalam ekspansi fisik dan akuisisi Dekoruma. Hal tersebut pada gilirannya akan memperkuat total processing value (TPV) emiten milik Grup Djarum ini.

“Ekspansi ini menunjukkan adanya pergeseran fokus Blibli untuk memperkuat kehadiran omnichannel-nya, di mana mereka tidak hanya mengandalkan transaksi digital, tetapi juga fisik,” jelas Niko dan Sabela.

Maka dari itu, analis BRI Danareksa Sekuritas itu memberikan rekomendasi buy untuk saham Blibli, dengan target harga sebesar Rp520 per saham. Kinerja positif ini didorong oleh peningkatan take rate dan margin laba kotor yang diharapkan.

Sementara itu, Bukalapak (BUKA) sedang mencari cara untuk mengoptimalkan TPV dan memperbaiki take rate mereka. Meski kinerja EBITDA tahun ini menghadapi tantangan setelah panduan kinerja dibatalkan, Bukalapak tetap memiliki potensi jangka panjang, terutama dengan rumor yang beredar tentang kemungkinan akuisisi oleh e-commerce asal China, Temu.

"Meski potensi akuisisi ini dapat memperluas jangkauan Bukalapak, perusahaan tetap perlu waspada terhadap dampak dari strategi pemangkasan harga yang agresif oleh Temu, yang bisa berpengaruh pada produsen lokal,” jelas Niko dan Sabela.

Meskipun BRI Danareksa Sekuritas tetap memberikan rekomendasi buy terhadap ketiga saham ini, termasuk Bukalapak dengan target harga Rp 340 per saham, perlu dicatat bahwa sektor teknologi di Indonesia kini berada di titik kritis.

Pasalnya, regulasi pemerintah yang semakin mendukung inovasi dan perlindungan UKM membuat perusahaan teknologi harus tidak hanya bersaing secara operasional, tetapi juga beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan regulasi yang terus berkembang.

Oleh sebab itu, seiring dengan digitalisasi yang kian merambah ke berbagai sektor, GOTO, BUKA, dan BELI akan terus berlomba untuk mempertahankan relevansi mereka di pasar yang semakin kompleks.