<p>Dompet digital OVO. / Facebook @OVOIDN</p>
Fintech

Grab dan OVO Dukung Program 30 Juta UMKM Go Digital pada 2024

  • Grab dan OVO mendukung program 30 juta UMKM go digital yang dicanangkan pemerintah, dimana ditargetkan mencapai 30 juta pelaku UMKM pada tahun 2024.

Fintech

Daniel Deha

JAKARTA - Pada masa pandemi COVID-19, peran ekonomi digital dalam mendukung usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) semakin nyata, bahkan sudah bisa dirasakan langsung oleh pelaku usaha di Indonesia. Kemitraan strategis perlu didorong agar UMKM tumbuh secara optimal.

Director of Central Public Affairs Grab Indonesia, Tirza R. Munusamy mengatakan, menjalin kemitraan jangka panjang dalam rangka mendukung UMKM memperoleh manfaat dari ekonomi digital sangatlah penting. Hal itu telah dilakukan oleh Grab dengan OVO, milik PT Visionet Internasional.

"Dengan menggabungkan kekuatan OVO dan ekosistem terbuka dari Grab, kolaborasi ini semakin menjadi kunci untuk dapat menciptakan peluang baru bagi UMKM Indonesia," ujarnya dalam Webinar "Peluncuran Survei Dampak Sosial Ekonomi Penggunaan OVO oleh UMKM, Kamis, 12 Agustus 2021.

Tirza berharap kemitraan dengan OVO dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, terutama dalam mencapai target UMKM go digital yang dicanangkan pemerintah.

"Sejalan dengan misi GrabForGood, kami berkomitmen untuk untuk terus mempercepat digitalisasi UMKM, sebagai bentuk dukungan tercapainya target 30 juta UMKM digital pada tahun 2024  yang dicanangkan pemerintah," katanya.

Sementara itu, Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra menambahkan, saat ini lebih dari 1 juta pelaku UMKM telah menjadi merchant OVO dan menerima pembayaran digital melalui QRIS.

QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard adalah standardisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia (BI) agar proses transaksi dengan QR Code lebih mudah, cepat dan aman.

"Selain berkomitmen untuk merangkul lebih banyak pelaku usaha masuk ke ekosistem digital nasional, OVO terus berupaya menghadirkan kesempatan bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis mereka, melalui pendalaman literasi keuangan digital yang secara khusus menyasar para wirausahawan Indonesia," ungkap Karaniya dalam webinar tersebut.

Dia mengakui bahwa meski pembatasan mobilitas selama pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap pendapatan UMKM, namun dari survei yang dilakukan Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, sebanyak 84% UMKM terbantu dengan adanya dompet digital OVO.

"Survei CORE Indonesia (juga) menunjukkan 10 persen populasi merchant OVO, berhasil mempertahankan pendapatan bulanan dan 5 persen pelaku UMKM mengalami peningkatan pendapatan bulanan," ucapnya.

Dia menuturkan, selama pandemi, OVO terus memberikan dukungan bagi pengusaha lokal termasuk pelaku UMKM dengan menghadirkan program #DukungLokal, yang diluncurkan sebagai bagian dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia serta kemudahan pendaftaran menjadi merchant, untuk mendukung program QRIS 12 Juta merchant yang diinisiasi oleh BI.

"Memotret perilaku UMKM yang tersebar di 12 kota dan 8 provinsi, dampak penggunaan OVO termasuk mendorong tingkat inklusi keuangan khususnya bagi pelaku usaha nano dan mikro dari tingkat pendidikan dasar dan menengah, serta meningkatkan pendapatan melalui sinergi ekosistem digital," ungkapnya.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengapresiasi kehadiran OVO bagi pertumbuhan keuangan digital di Indonesia, terutama di masa pandemi.

Dalam survei yang dilakukan terhadap 2.001 pelaku UMKM belum lama ini, ditemukan bahwa sebanyak 84 persen UMKM sangat terbantu oleh layanan dompet digital OVO.

"Dari hasil survei kami, 84 persen populasi pelaku UMKM OVO menyatakan bahwa OVO sangat membantu mereka di masa pandemi. Bahkan 8 dari 10 populasi mulai mengenal berbagai layanan perbankan sejak bergabung dengan OVO, dan sekitar 71 persen menjadi lebih melek layanan keuangan digital," ujarnya.

Selain iut, OVO juga membantu perkembangan UMKM. Dimana survei menyebutkan 70 persen UMKM yang bergabung dengan OVO menjalami kenaikan pendapatan dengan rata-rata 30 persen.

Piter menjelaskan bahwa perusahaan financial technology (fintech) seperti OVO telah membantu UMKM untuk lebih melek literasi keuangan dan mendorong inklusi keuangan dalam menjalankan usaha mereka.

Dia mengklaim bahwa UMKM lebih mudah bertransformasi untuk menggunakan layanan uang digital ketimbang layanan tradisional seperti transfer bank atau virtual akun.

"OVO lebih cepat (transformasi) untuk UMKM. Manfaatnya terbesarnya, mereka terbantu selama pandemi. Mereka melek literasi keuangan digital dan penjualan naik," katanya.

Piter menyebut bahwa dengan cepatnya transformasi layanan keuangan digital, diharapkan dapat membantu akselerasi pendapatan UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Perusahaan fintech telah membantu percepatan tranformasi digital UMKM di Indonesia. Transformasi digital akan membantu UMKM untuk menuju Indonesia maju pada tahun 2045. Ketika UMKM maju maka perekonomian Indonesia juga maju," ungkapnya.*