Grab dan Traveloka Siap IPO di Bursa Amerika Tahun Ini, Berapa Valuasinya?
Grab Holdings dan Traveloka bersiap melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di bursa saham Amerika Serikat pada tahun ini.
Pasar Modal
JAKARTA – Grab Holdings dan Traveloka bersiap melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di bursa saham Amerika Serikat pada tahun ini. Banyak investor menunggu aksi korporasi ini terutama investor asing.
Mengutip 1st Session Closing Market IDX Channel, Selasa 13 April 2021, perusahaan transportasi online Grab pada pekan ini akan mengumumkan aksi korporasi IPO melalui perusahaan asal Amerika Serikat, yakni Special Purpose Acquisition Company (SPAC).
Kalangan analis investasi menilai langkah yang dilakukan oleh Grab akan memberi peluang yang menarik bagi investor khususnya asal Amerika Serikat untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang berkembang di Asia Tenggara.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Adapun Grab yang didukung oleh T. Row Price hingga Temasek Holdings Pte ini ditaksir akan memiliki valuasi mencapai lebih dari US$34 miliar atau setara Rp495,21 triliun.
Sementara itu, perusahaan biro perjalanan digital asal Indonesia, Traveloka juga berencana menjadi perusahaan publik seperti Grab.
Traveloka dikabarkan akan melakukan IPO melalui SPAC dan didukung oleh miliarder Richard Li dan Peter Thiel.
Traveloka yang saat ini masuk dalam daftar start up unicorn di Indonesia diperkirakan akan memiliki valuasi hingga US$5 miliar atau setara dengan Rp72,8 triliun.
Selain Grab dan Traveloka, sejumlah perusahaan start up di Asia Tenggara yang berencana melakukan IPO yakni Gojek dan Tokopedia dari Indonesia, serta Properti Guru asal Singapura.
Para analis memperkirakan investor akan beramai-ramai untuk membenamkan investasi di perusahaan teknologi. Hal ini seiring kebangkitan industri layanan digital khususnya di masa pandemi. Ke depan, perkembangan perusahaan berbasis teknologi diprediksi akan menggeser dominasi perusahaan jasa keuangan. (LRD)