Vokalis Green Day, Billie Joe Armstrong, membawa topeng replika wajah Donald Trump di sebuah konser belum lama ini.
Dunia

Green Day, American Idiot dan Perlawanan Terhadap Trump

  • Dalam penampilannya di panggung Dick Clark’s New Year’s Rockin’ Eve, vokalis Green Day, Billie Joe Armstrong, mengganti lirik pada bagian verse kedua yang awalnya berbunyi “I’m not a part of a redneck agenda” menjadi “I’m not a part of the MAGA agenda.” MAGA adalah akronim dari Make America Great Again, slogan dan gerakan politik yang dipopulerkan Trump.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Donald Trump dilantik sebagai presiden ke-47 Amerika Serikat pada Senin, 21 Januari 2025, mengawali era baru kepemimpinan AS yang berpotensi membentuk kembali norma dan lembaga yang terkait dengan kerja sama internasional.

Dilansir dari weforum.org, kembalinya Trump ke Gedung Putih menjadi topik utama diskusi di Davos mengingat ia telah berjanji untuk melakukan perubahan besar pada kebijakan AS yang kemungkinan akan berdampak luas pada ekonomi global.

Ini termasuk mengenakan tarif tinggi pada ekonomi utama lainnya, menilai kembali aliansi militer dan diplomatik yang telah lama ada, mereformasi lembaga multilateral, dan mencabut serangkaian peraturan AS.

Bicara soal kontroversi kebijakan Donald Trump, salah satu pihak yang intens mengkritik kebijakan sang presiden adalah Green Day. Green Day adalah band punk rock asal Amerika Serikat yang berdiri pada tahun 1987 di Berkeley, California. 

Band ini awalnya dibentuk Billie Joe Armstrong dan Mike Dirnt dengan nama Sweet Children. Pada saat itu, mereka telah merilis album pertama yang berjudul 1000 Hours. Tahun 1990, mereka mengubah nama menjadi Green Day dan merilis album pertama mereka dengan judul 39/Smooth. 

Setelah perubahan nama, drummer John Kiffmeyer digantikan oleh Tre Cool. Perubahan besar terjadi dengan masuknya Tre Cool di posisi drum, yang memungkinkan Green Day mencapai kesuksesan besar melalui album Kerplunk yang dirilis pada tahun 1992.

Band yang akan konser di Jakarta pada 15 Februari 2025 ini telah memproduksi lagu dengan berbagai tema, salah satunya protes terhadap pemerintah. Protes terkait kemenangan Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada 8 November 2016 masih terus berlangsung. 

Billie Joe Armstrong vokalis Green Day, mengungkapkan dukungannya terhadap aksi protes tersebut. Dalam wawancara dengan BBC, Armstrong mengatakan anti-Trump dan belum rela menerima bahwa pengusaha properti tersebut menjadi Presiden ke-45 AS.

Saat itu, dalam wawancara dengan NME, Armstrong membandingkan karakter Donald Trump dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler. Armstrong juga mengkritik Trump, menyalahkannya atas meningkatnya jumlah golongan pekerja kulit putih yang tidak terdidik.

Adapun, dalam lagu-lagunya yang berisi protes terhadap pemerintahan seperti American Idiot, ada beberapa lagu dengan maksud sama. Apa saja? Yuk, simak artikel berikut!

Troubled Times (2016)

Green Day tidak ragu untuk menunjukkan bencinya terhadap Donald Trump, dan itu terlihat jelas dalam video lirik untuk single mereka “Troubled Times” dari album “Revolution Radio.” 

Dilansir dari The Wrap, kala itu, video yang dirilis pada hari Senin, menjelang upacara pelantikan presiden terpilih pada hari Jumat, menggambarkan Trump sebagai semacam monster.

“Troubled Times” mengandung makna masa sulit yang mana liriknya menggambarkan keluhan, ketidakadilan, serta ketidakpastian dalam hal keamanan yang terjadi di Amerika Serikat pada waktu itu.

Campuran gambar sejarah dari perjuangan untuk hak sipil dan hak pilih perempuan tampaknya menunjukkan bahwa band rock ini berpikir bahwa kepresidenan Trump akan membawa era kerusuhan sipil baru di Amerika.

What good is love and peace on Earth

When it’s exclusive?

Where’s the truth in the written word

If no one reads it?

Kedamaian dan cinta di dunia tidak akan terwujud jika segala sesuatu dibatasi untuk kelompok tertentu. Banyak orang hanya menginginkan kehidupan yang damai dan tanpa perbedaan, namun kenyataannya tidak demikian. Diskriminasi tersebar di mana-mana, menciptakan ketidaknyamanan bagi banyak orang dalam menjalani hidup.

What part of history we’ve learned

When it’s repeated?

Some things, we’ll never overcome

If we don’t seek it

Ketidakadilan, diskriminasi, dan ketakutan seharusnya sudah menjadi hal yang telah kita tinggalkan sejak lama. Namun, kenyataannya hal-hal tersebut kembali terjadi dan dirasakan lagi oleh rakyat. Menurut Green Day, semua ini terjadi karena pemerintah yang tidak mampu mengatasi berbagai masalah yang terjadi di Amerika Serikat pada saat itu.

We live in troubled times

(Ah-ah, ah-ah)

We live in troubled times

(Ah-ah, ah-ah)

Di bagian chorus, Green Day dengan jelas menyatakan jika kita semua hidup di masa yang penuh kesulitan. Ditambah dengan pemerintah yang tidak nbecus menjalankan tugasnya dengan baik.

Video musiknya sendiri menampilkan wajah Donald Trump, yang saat itu telah terpilih menjadi presiden Amerika Serikat, tengah memberikan pidato. Sudah menjadi hal yang terbuka bahwa Green Day memang tidak menyukai Donald Trump.

American Idiot (2004)

Dilansir dari The Wrap, Green Day meraih kesuksesan besar di masa lalu dengan memasukkan pesan politik ke dalam musik mereka.

Album mereka yang penuh muatan politik, “American Idiot” pada tahun 2004, menjadi album pertama mereka yang mencapai peringkat No. 1 di AS, dan terjual sebanyak 3,4 juta kopi, serta menginspirasi sebuah musikal Broadway yang sukses dengan nama yang sama.

Don’t wanna be an American idiot!

Don’t want a nation under the new media

And can you hear the sound of hysteria?

The subliminal mind fuck America!

Saat itu, Green Day berpendapat media massa memanfaatkan peristiwa setelah 9/11 sebagai propaganda untuk menciptakan paranoia atau ketakutan di kalangan rakyat Amerika Serikat. 

Lagu ini juga ditujukan kepada pemerintahan Presiden George W. Bush, yang saat itu mengirimkan pasukan militer ke Irak untuk berperang. Kedua hal tersebut saling berkaitan dan menjadi bagian dari propaganda.

Melalui lagu “American Idiot,” Green Day mengajak orang-orang untuk tidak mudah terpengaruh oleh media massa dan menolak dikendalikan oleh sistem pemerintahan yang tidak transparan. Pesan tersebut disampaikan dengan lantang melalui “American Idiot.”

Green Day dengan sengaja mengubah sebagian lirik lagu mereka, “American Idiot,” saat tampil dalam sebuah program televisi pada malam perayaan Tahun Baru.

Dalam penampilannya di panggung Dick Clark’s New Year’s Rockin’ Eve malam itu, vokalis Green Day, Billie Joe Armstrong, mengganti lirik pada bagian verse kedua yang awalnya berbunyi “I’m not a part of a redneck agenda” menjadi “I’m not a part of the MAGA agenda.”

MAGA adalah akronim dari Make America Great Again, slogan dan gerakan politik yang dipopulerkan Donald Trump selama kampanye pemilihan presiden AS tahun 2016. Gerakan ini kemudian berkembang menjadi simbol budaya populer sekaligus mewakili basis kekuatan politik dan pendukung Trump.

Seperti kebanyakan hal yang berkaitan dengan Trump, pendapat di dunia maya tentang perubahan lirik Green Day memunculkan beragam reaksi. Salah satu kritik yang menonjol datang dari pemilik X, Elon Musk, yang menyebut perubahan tersebut sebagai tindakan yang lemah.

“Green Day beralih dari memberontak melawan sistem menjadi memberontak dengan cara yang lemah,” tulis Musk dalam sebuah unggahan di X, dikutip dari Los Angeles Times.

Holiday (2004)

“Holiday” merupakan bentuk protes terhadap keputusan ceroboh yang diambil oleh pemerintahan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan George W. Bush pada masa itu. Secara garis besar, lagu ini adalah seruan anti-perang yang mengecam keputusan Presiden Bush untuk mengirim tentara Amerika Serikat ke wilayah Timur Tengah.

Can I get another Amen?

There’s a flag wrapped around the score of men

A gag, a plastic bag on a monument

Lirik tersebut ditujukan untuk mengkritik keputusan Bush yang mengirim tentara Amerika Serikat ke Irak dan Timur Tengah. Keputusan ini tentu membawa konsekuensi berupa hilangnya banyak nyawa, baik dari pihak tentara Amerika maupun warga Timur Tengah yang berada di sana.

Bang Bang (2016)

“Bang Bang” merupakan singel pertama dari album ke-12 Green Day yang bertajuk “Revolution Radio,” yang dirilis pada tahun 2016. Lagu ini mendapat respons positif dari penggemar dan kritikus musik.

Makna lagu ini bisa bervariasi tergantung pada interpretasi masing-masing pendengar. Secara umum, “Bang Bang” dianggap menggambarkan tema kekerasan, terorisme, dan dampaknya terhadap masyarakat.

Lirik-lirik dalam lagu ini menggambarkan perasaan cemas dan ketidakstabilan di dunia yang dipenuhi oleh kekerasan dan ketidakamanan.

Dilansir dari Variety, Green Day membuat pernyataan politik selama penampilannya di American Music Awards pada Minggu malam, dengan mengecam Presiden terpilih Donald Trump dalam prosesnya.

Saat membawakan single “Bang Bang” di American Music Awards, di iHeartRadio Music Festival di Las Vegas. Armstrong mengganti liriknya dengan, “No Trump, no KKK, no fascist U.S.A.”