Greenwashing: Ketika Label Sustainable Tak Selalu Ramah Lingkungan
- Nyatanya greenwashing adalah tindakan penipuan. Praktik ini memiliki dampak negatif terhadap upaya dalam mencapai keberlanjutan.
Nasional
JAKARTA - Seberapa sering Anda menemukan produk yang memiliki label “sustainable, biodegradable atau recyclable,” dan istilah sejenisnya tercetak di kemasan? Anda bahkan mungkin menemui kemasan produk plastik penggunaan sehari-hari yang berwarna hijau dengan gambar daun dan bunga di beberapa di antaranya.
Adanya simbol seperti recycle tidak menjamin bahwa benda atau produk tersebut akan langsung didaur ulang. Tanpa kita memilah dan membuangnya di tempat sampah yang sesuai, proses daur ulang tidak akan terjadi secara otomatis.
Faktanya, supplier dan produsen memiliki tanggung jawab terhadap limbah yang dihasilkan oleh produk-produk mereka, tetapi dalam kenyataannya, hal ini belum terjadi. Tanpa disadari, produk-produk yang diklaim ramah lingkungan dalam labelnya masih memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan lingkungan.
Praktik seperti ini dapat disebut sebagai “greenwashing.”
- Fintech Batumbu Salurkan Kredit Rp24,8 Triliun per Kuartal II 2023
- Jadwal dan Panduan Akses Tiket Gratis Kereta Cepat Whoosh
- Tiket Gratis Kereta Cepat Periode 3-7 Oktober Habis, Ada Jadwal Lagi?
Apa itu Greewashing?
Greenwashing merupakan strategi pemasaran atau komunikasi yang bertujuan membuat sesuatu terlihat berkelanjutan. Biasanya, orang-orang mengklaim bahwa produk, layanan, atau program mereka berkelanjutan hanya dari perspektif lingkungan.
Tetapi, keberlanjutan tidak hanya mencakup aspek lingkungan, melainkan juga mencakup banyak dimensi sosial dan ekonomi. Dalam konteks ini, klaim palsu tentang tanggung jawab sosial, yang kadang-kadang disebut sebagai bluewashing, juga termasuk dalam praktik greenwashing.
Dilansir dari kpbu.kemenkeu, Jumat 6 Oktober 2023, greenwashing merupakan strategi pemasaran yang disusun untuk memberikan citra positif terhadap perusahaan atau produk perusahaan tertentu.
Ironisnya, strategi ini digunakan untuk menyesatkan dan memperdaya para investor dan pelanggan dengan memanfaatkan istilah-istilah seperti “clean energy.” Dilansir dari Zero Waste, banyak perusahaan menggunakan strategi greenwashing dengan cara menggelar iklan, promosi, atau acara yang berfokus pada pelestarian lingkungan.
Dengan menciptakan citra “hijau”, perusahaan berharap dapat meningkatkan pandangan positif konsumen terhadap mereka dibandingkan dengan pesaing di sektor yang sama, yang pada akhirnya dapat menghasilkan peningkatan keuntungan bagi perusahaan tersebut.
Sehingga, di balik peningkatan profit tersebut, terjadi peningkatan permintaan yang dapat berdampak merusak lingkungan. Nyatanya greenwashing adalah tindakan penipuan. Praktik ini memiliki dampak negatif terhadap upaya dalam mencapai keberlanjutan.
Setelah konsumen merasa dikhianati, mereka cenderung menjadi lebih skeptis dan ragu terhadap kampanye serta solusi keberlanjutan, termasuk yang benar-benar berkelanjutan. Bahkan lebih buruk, greenwashing dapat berfungsi sebagai topeng bagi pelaku bisnis untuk meneruskan praktik merusak mereka.
Ciri-Ciri Greewashing
Berikut adalah beberapa ciri dari greenwashing:
1. Penggunaan gambar-gambar alam atau kata-kata yang terkait dengan lingkungan. Ini bisa berarti bahwa sebuah perusahaan mengadopsi elemen branding seperti gambar pohon, bumi, atau sungai, meskipun elemen-elemen tersebut tidak memiliki relevansi dengan bisnis mereka.
Mereka juga menggunakan istilah-istilah seperti “alami, ramah lingkungan, dan hijau” dalam produk, layanan, atau program. Klaim tersebut merupakan greenwashing jika tidak didukung atau informasi lebih lanjut oleh dasar maupun bukti yang kuat.
2. Meningkatkan promosi produk, praktik, atau inisiatif yang berfokus pada keberlanjutan untuk menyembunyikan aktivitas berbahaya atau tidak etis di baliknya. Contohnya, perusahaan yang menggunakan kemasan daur ulang tetapi membuang limbah beracun ke sungai, menerapkan praktik ramah lingkungan sambil membayar pekerja dengan upah rendah, dan memasarkan produk berkelanjutan sementara produk lainnya tetap berbahaya tanpa ada niat untuk perubahan.
3. Menggunakan sertifikasi yang tidak objektif atau tidak didasarkan pada bukti ilmiah untuk mendukung klaim tentang keberlanjutan. Tanda dan sertifikat yang kelihatan sah tidak selalu memiliki validitas yang sebenarnya. Ada situasi di mana perusahaan dan organisasi bahkan melakukan penipuan untuk memperoleh sertifikasi keberlanjutan tersebut.
4. Mempromosikan keberlanjutan tetapi juga mendorong orang untuk tetap bersikap konsumtif. Penting untuk diingat bahwa fondasi dari dukungan terhadap produksi dan konsumsi berkelanjutan adalah dengan mengurangi.
Oleh karena itu, kita harus waspada terhadap rekomendasi gaya hidup, program, atau produk yang mendorong konsumen untuk berbelanja lebih banyak, meskipun produk yang ditawarkan lebih ramah lingkungan.
5. Menempatkan tanggung jawab utama kepada individu, baik konsumen maupun warga. Kita semua merasakan akibat perubahan iklim, tetapi tingkat tanggung jawab kita tidak sama.
Dampak yang dihasilkan oleh seseorang yang menggunakan kantong plastik di pasar tradisional tentu berbeda dengan dampak yang diakibatkan oleh perusahaan multinasional yang menciptakan limbah berbahaya di seluruh dunia.
Akibat Greenwashing
Berikut adalah akibat yang ditimbulkan:
1. Konsumen
Saat Anda membeli sebuah produk, Anda mungkin akan membayar untuk sesuatu yang berpotensi berbahaya bagi diri Anda sendiri dan lingkungan di sekitar Anda. Terkadang, produk tersebut mungkin mengklaim sebagai produk alami atau organik.
Namun pada kenyataannya, mereka menggunakan bahan kimia berbahaya yang tidak diinformasikan kepada konsumen.
2. Lingkungan
Greenwashing juga merupakan ancaman serius karena sifatnya yang manipulatif, yang dapat mengakibatkan produk dan bahan berbahaya bagi lingkungan tetap ada dan tidak berubah. Perusahaan biasanya tidak memperhatikan konsekuensi dari praktik greenwashing karena mereka lebih fokus pada mencari keuntungan dan pendapatan.
Langkah yang Diperlukan
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa greenwashing menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam konteks ekonomi berkelanjutan ke depannya.
Dan langkah sederhana dalam mengatasi greenwashing adalah meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan pengetahuan. Seperti mencari tahu dan lebih kritis lagi sebelum membeli atau menggunakan produk, layanan, atau program tersebut.
- Tarif Lebih Murah, Transaksi BI-FAST Nasabah BNI Melesat 900 Persen
- Dukung Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Kominfo Pastikan Jaringan Komunikasi Lancar Jaya
- Kasus Greenwashing Perusahaan Keuangan Global Naik 70 Persen
Banyak orang memiliki keinginan untuk berkontribusi pada keberlanjutan, tapi mungkin tidak tahu cara melakukannya dengan benar. Upaya pendidikan publik, kampanye, serta berdiskusi dengan rekan-rekan dalam komunitas juga dapat berperan penting.
Pada akhirnya, greenwashing mungkin merupakan bagian yang kurang baik dari tren keberlanjutan. Namun, hal tersebut tidak seharusnya menghentikan kita dari upaya untuk mencari solusi dan berusaha melakukan lebih banyak untuk mendukung kelangsungan hidup manusia dan planet bumi.