<p>Ilustrasi industri pertambangan. / Pixabay</p>
Industri

Grup Bakrie: Strategi Bumi Resources Setelah Rugi Rp517 Miliar

  • JAKARTA – PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) tidak bisa mengelak dari penurunan harga batu bara. Perusahaan milik Grup Bakrie yang pernah berjaya di pasar modal Indonesia ini harus kembali merugi. Kerugian Bumi Resources terjadi pada kinerja keuangan per akhir Maret 2020. Kerugiannya mencapai US$35,09 juta atau setara dengan Rp517,08 miliar (kurs tengan BI Rp14.733 per […]

Industri
Issa Almawadi

Issa Almawadi

Author

JAKARTA – PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) tidak bisa mengelak dari penurunan harga batu bara. Perusahaan milik Grup Bakrie yang pernah berjaya di pasar modal Indonesia ini harus kembali merugi.

Kerugian Bumi Resources terjadi pada kinerja keuangan per akhir Maret 2020. Kerugiannya mencapai US$35,09 juta atau setara dengan Rp517,08 miliar (kurs tengan BI Rp14.733 per dolar Amerika Serikat). Pada periode sama tahun 2019, Bumi Resources masih untung US$48,44 juta atau Rp713,67 miliar.

Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava menerangkan, kinerja perseroan tidak lepas dari penurunan harga batu bara yang melemah 6% dari US$52,3 per ton pada kuartal I-2019 menjadi US$49 per ton. Terlebih, perseroan juga harus menanggung biaya produksi yang tinggi, sehingga memangkas marjin laba.

“Meski begitu, kami masih berhasil menghasilkan laba operasi US$72 juta,” ungkap Dileep melalui keterangan tertulis, Senin, 1 Juni 2020.

Selain itu, produksi batu bara perseroan juga masih meningkat dengan jumlah 20,8 metrik ton dari posisi 19,7 metrik ton di tiga bulan pertama 2019. Volume penjualan juga naik 3% dari 20,8 metrik ton menjadi 21,5 metrik ton.

Dileep menambahkan, seiring dengan produk batu bara kualitas tinggi eks Arutmin, rasio pengupasan tanah perseroan meningkat 4% menjadi 8,1 bcm/tmined dari 7,8 bcm/tmined pada kuartal I-2019.

Dileep pun menyampaikan, memasuki kuartal II-2020, perseroan melihat produksi batu bara masih tetap normal. “Sambil berjaga-jaga di pasar atas dampak pandemi yang bisa memengaruhi harga dan permintaan,” imbuh Dileep.

Sebagai informasi, Bumi Resources memperkirakan volume penjualan batu bara perseroan berkisar 85 metrik ton sampai 90 metrik ton sepanjang 2020, dengan perkiraan harga batu bara berkisar US$44 sampai US$46 per ton dan biaya produksi US$32 sampai US$34 per ton.

Untuk merealisasikan target itu, Bumi Resources telah menerapkan beberapa strategi. Antara lain, menghasilkan lebih banyak batu bara kualitas tinggi, memasok pasar tradisional sambil memantau India yang memperketat kebijakan lockdown, hingga mengurangi beban biaya dari pelemahan harga minyak dunia.

Selain itu, perseroan juga tetap memantau persetujuan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) dari pemerintah. Dileep juga menyampaikan, Kaltim Prima Coal (KPC) akan menjadi pemasok batu bara untuk proyek methanol di Kalimantan Timur, serta mendorong PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) untuk mendiversifikasi pendapatan dari produksi emas di Palu dan produksi seng komersial oleh PT Dairi Prima Mineral. (SKO)