<p>Hypermart adalah salah satu produk ritel milik PT Matahari Putra Prima Tbk. / Facebook @Hypermart-Tanjung-Pinang-City-Center-652877128194713</p>
Korporasi

Matahari Department Store (LPPF) Siapkan Rp450 Miliar untuk Buyback Saham

  • Emiten ritel milik Grup Lippo, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham perseroan dengan nilai maksimal Rp450 miliar.
Korporasi
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA - Emiten ritel milik Grup Lippo, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham perseroan dengan nilai maksimal Rp450 miliar.

Jumlah tersebut setara dengan 15% dari modal disetor dan ditempatkan perseroan, atau maksimal sebanyak 393.922.000 lembar saham.

Berdasarkan keterbukaan informasi LPPF di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 6 Agustus 2021, buy back saham ini dilaksanakan paling lama tiga bulan hingga 5 November 2021.

“Perseroan memperkirakan tidak ada dampak signifikan atas biaya pembelian kembali saham ini,” ungkap manajemen.

Selain itu, perseroan juga mengeklaim tidak ada penurunan pendapatan secara signifikan sebagai akibat dari pelaksanaan aksi korporasi tersebut.

Pendapatan anjlok

Sebagai informasi, sepanjang kuartal I-2021, perseroan mencatat pendapatan bersih sebesar Rp1,16 triliun. Jumlah tersebut anjlok sekitar 25,16% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu  senilai Rp1,55 triliun.

Rinciannya, penjualan eceran turun dari Rp976,77 miliar menjadi Rp741,40 miliar. Setali tiga uang, penjualan konsinyasi menurun secara tahunan dari Rp535,36 miliar menjadi Rp416,01 miliar pada triwulan pertama 2021. Bahkan, pendapatan jasa ambruk menjadi hanya Rp4,83 miliar dari kuartal I-2020 sebesar Rp37,04 miliar.

Kendati tidak signifikan, namun hal ini membuat rugi bersih LPPF semakin dalam sekitar 1,49% yoy menjadi Rp95,35 miliar dibandingkan dengan nominal kerugian periode yang sama pada kuartal pertama tahun lalu sebanyak Rp93,95 miliar.

Chief Financial Officer Matahari Niraj Jain mengatakan, bisnis selama tiga bulan pertama tahun ini memang masih terdampak oleh adanya pembatasan jarak yang ketat.

Namun, kata dia, perseroan telah memulai program musiman lebih awal sebagai upaya antisipasi atas situasi yang tidak menentu.

Saat ini pihaknya tengah mengawasi 23 gerai dalam pantauan, dan berencana menutup 13 gerai tahun ini. Sementara, sepuluh gerai dalam pemantauan lainnya masih terus ditinjau. Di sisi lain, perseroan justru membuka satu gerai baru di Balikpapan pada April 2021.

“Kami terus beroperasi dalam situasi makro yang menantang. Perseroan terus mengambil posisi konservatif dalam situasi dengan ketidakpastian yang tinggi,” ujarnya melalui keterangan resmi.

Di samping itu, lanjut Niraj, perseroan juga memastikan pengendalian yang ketat atas beban operasional dan belanja modal di tengah dukungan dari pemilik mal serta pemasok.

LPPF turut memperpanjang fasilitas pinjaman bank senilai Rp1 triliun dan mengakhiri triwulan pertama dengan saldo pinjaman bank sebesar Rp480 miliar.