Ilustrasi perusahaan penguasa tambang batu bara di Indonesia / Ilustrasi: Azka Yusra
Korporasi

Grup MNC: Indonesia Air (IATA) Ambilalih Bisnis Batu Bara

  • Melalui pengumuman yang dirilis Jumat, 15 Oktober 2021, IATA disebut telah menandatangani nota kesepahaman untuk mengakuisisi PT MNC Energi dari PT MNC Investama Tbk (BHIT) sebagai pemegang saham mayoritas.
Korporasi
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Emiten pengelola maskapai Indonesia Air, PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) akan masuk bisnis energi dengan mengakuisisi PT MNC Energi. Keduanya merupakan lini bisnis Grup MNC milik konglomerat Harry Tanoesoedibdjo.

Melalui pengumuman yang dirilis Jumat, 15 Oktober 2021, IATA disebut telah menandatangani nota kesepahaman untuk mengakuisisi PT MNC Energi dari PT MNC Investama Tbk (BHIT) sebagai pemegang saham mayoritas.

“Setelah transaksi selesai, IATA akan menjadi entitas induk untuk seluruh perusahaan batu bara Grup MNC,” tulis pengumuman tersebut.

Saat ini, IATA sedang bersiap untuk mengambilalih PT Bhakti Coal Resources, perusahaan ekplorasi dan produsen tambang batu bara di Sumatra Selatan yang juga merupakan perusahaan induk dari perusahaan-perusahaan pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Di antaranya PT Putra Muba Coal, PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal, PT Indonesia Batu Prima Energi, PT Arthaco Prima Energi, PT Sumatra Resources, PT Energi Inti Bara Pratama, PT Sriwijaya Energi Persada, PT Titan Prawira Sriwijaya, PT Primaraya Energi, dan PT Putra Mandiri Coal.

“Secara keseluruhan memiliki estimasi sumberdaya sebesar 1,75 miliar MT dan estimasi cadangan sebesar 750 juta MT.”

Tak hanya itu, perusahaan ekplorasi dan produsen tambang batu bara di Kalimantan Timur, PT Nuansacipta Coal Investment serta perusahaan ekplorasi minyak di wilayah Provinsi Papua, PT Suma Sarana juga tengah dibidik oleh perseroan.

Akuisisi ini akan terjadi setelah hasil uji tuntas dan valuasi terhadap PT MNC Energi selesai dijalankan. Dengan asumsi semua proses due diligence berjalan lancar, IATA akan segera meminta restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan target penyelesaian transaksi pada akhir kuartal I-2022.

Dalam beberapa bulan belakangan ini, harga batu bara Newcastle melonjak hingga menyentuh angka $269,5 per ton pada bulan ini, harga tertinggi sepanjang masa. Harga saat ini berada di level $245 per ton. Kenaikan ini turut mendorong harga batu bara di Indonesia.

Aksi korporasi ini terjadi di tengah melejitnya harga batu bara dunia akibat tingginya kenaikan permintaan listrik di China dan India, serta gangguan pasokan di negara-negara penghasil batu bara sehingga perseroan memperkirakan harga batu bara akan tetap tinggi.

“Rencana transaksi tersebut merupakan langkah strategis bagi IATA untuk memanfaatkan momentum yang timbul dari lonjakan harga komoditas batubara yang berkelanjutan,” tulis manajemen.

Perseroan meyakini akuisisi ini tidak hanya akan mendongkrak prospek bisnis, tetapi juga secara signifikan menguatkan nilai perusahaan karena IATA mengubah kepentingan bisnisnya dari sektor transportasi dan infrastruktur ke sektor energi.