<p>Kegiatan Ekspor dan Impor/ Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai</p>
Industri

GSP Diperpanjang, RI Lirik Peluang Geser Posisi Ekspor Thailand

  • JAKARTA – Perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari pemerintah Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia memberikan sinyal positif pemulihan industri dalam negeri yang berorientasi ekspor. Momentum ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja ekspor Indonesia untuk menggantikan Thailand sebagai negara importir GSP terbesar di AS. Bonusnya lagi, berdasarkan hasil review, terdapat beberapa produk ekspor Thailand yang tidak […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari pemerintah Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia memberikan sinyal positif pemulihan industri dalam negeri yang berorientasi ekspor.

Momentum ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja ekspor Indonesia untuk menggantikan Thailand sebagai negara importir GSP terbesar di AS. Bonusnya lagi, berdasarkan hasil review, terdapat beberapa produk ekspor Thailand yang tidak lagi mendapatkan fasilitas GSP dari AS.

“Dengan demikian, produk kita bisa lebih kompetitif dibandingkan Thailand, sehingga kita berpeluang meningkatkan ekspor dan mengisi pasar di AS dengan merebut pangsa pasar Thailand tersebut,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resmi, Selasa, 3 November 2020.

Diketahui, ekspor GSP Indonesia pada 2019 menyumbang 13,1% persen dari total ekspor Indonesia ke AS yang sebesar US$20,1 Miliar. Fasilitas GSP ini diperkirakan telah menghemat sekitar US$92 juta biaya bea masuk bagi produk Indonesia ke AS pada 2019.

Tahun lalu, ekspor Negeri Gajah Putih ke AS dengan menggunakan fasilitas GSP mencapai USD$,8 Miliar, atau 23,71% dari total impor GSP AS. Sedangkan, produk GSP Indonesia mengisi 12,95% dari keseluruhan impor, sebesar US%2,6 Miliar. 

Nilai tersebut berasal dari 732 pos tarif ekspor dari total 3572 pos tarif yang memperoleh GSP. Agus juga mencatat pada 2019, ekspor GSP mencapai US$2,6 miliar, naik 18,2% dibandingkan tahun sebelumnya.

Terbaru, sepanjang Januari-Agustus 2020, total ekspor GSP meningkat hingga 10,6% menjadi US$1,9 Miliar diabndingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini mendorong peningkatan total ekspor ke AS sebesar 1,56% pada periode tersebut

Ekspansi untuk Pemulihan

Untuk itu, Agus mendorong para eksportir Tanah Air untuk melakukan ekspansi ke AS. Sebab, perpanjangan fasilitas GSP merupakan kesempatan langka yang beberapa tahun terakhir sangat sulit didapatkan.

Terlebih, GSP ini merupakan kesempatan untuk memperbaiki neraca ekspor yang lesu selama pandemi COVID-19.

“Meskipun tren pertumbuhan ekspor beberapa produk unggulan mengalami penurunan signifikan, ternyata ekspor ke AS menunjukkan peningkatan yang didukung oleh ekspor produk-produk yang masuk dalam GSP,” ungkap Agus.

Beberapa produk yang berpeluang untuk ditingkatkan pangsa pasarnya adalah pompa bahan bakar/pelumas (HS 8413.30.90), kacamata (9004.90.00), sepeda motor dengan piston (HS 8711.50.00), wastafel/bak cuci (HS 6910.10.00).

Lalu ada papan/panel/konsol/meja (HS 8537.10.91), sekrup dan baut (HS 7318.15.80), alat kelengkapan pipa dari tembaga, perangkat makan (HS 3924.10.40), serta bingkai kayu untuk lukisan (HS 4414.00.00).

Produk unggulan ekspor GSP Indonesia hingga Agustus 2020 berdasarkan level HS 8-digit meliputi matras (karet maupun plastik, US$185 juta), kalung dan rantai emas (US$142 juta).

Tas bepergian dan olahraga (US$104 juta), minyak asam dari pengolahan kelapa sawit (US$84 juta), serta ban pneumatik radial (US$82 juta).

Dalam periode tersebut, ekspor nonmigas mencapai US$11,8 Miliar, naik hampir 2% dibandingkan periode yang sama pada 2019. Peningkatan ini bahkan terjadi saat impor AS dari seluruh dunia turun 13%. 

“Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor industri dalam negeri tetap agresif mendobrak pasar internasional, meskipun di tengah masa yang sulit,” tambahnya.