Kapal pengangkut Liquid Natural Gas (LNG) milik PT GTS Internasional Tbk (GTSI).
Korporasi

GTS Internasional Latih Awak Kapal Bahtera Adhiguna untuk Operatori Kapal LNG

  • Direktur Utama GTSI Tammy Meidharma mengatakan, kerja sama tersebut merupakan bentuk komitmen perseroan untuk terus mengembangkan diri pada sektor pengangkutan energi.

Korporasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Perusahaan pengangkut energi, PT GTS Internasional Tbk (kode saham: GTSI) bekerja sama dengan PT Pelayaran Bahtera Adhiguna (BAG) untuk pelatihan dan pengenalan operasional atau on board training kapal Liquid Natural Gas (LNG) kepada awak kapal. 

Direktur Utama GTSI Tammy Meidharma mengatakan, kerja sama tersebut merupakan bentuk komitmen perseroan untuk terus mengembangkan diri pada sektor pengangkutan energi. 

“Pelatihan sebagai operator kapal LNG diberikan kepada awak BAG akan diadakan di atas kapal TRIPUTRA yang sudah bertahun-tahun dioperasikan GTS Internasional,” katanya kepada awak media, Kamis, 3 November 2022.

Pelatihan tersebut diadakan dalam enam batch on board training yang terdiri dari sejumlah kurikulum atau silabus pengoperasian kapal dengan standar internasional yang sudah dijalankan GTSI sejak lama.

Tammy pun menyampaikan, pelatihan dan pengenalan dalam mengoperatori kapal LNG untuk awal kapal ini tidak lepas daftar panjang sepak terjang GTS Internasional dalam mengelola kapal LNG. 

GTS Internasional saat ini mengelola sedikitnya 2 kapal LNG, yaitu EKAPUTRA 1 dan TRIPUTRA yang setiap hari mengelilingi Nusantara mengangkut LNG. 

Tammy menambahkan, GTS Internasional sudah lebih dari 30 tahun berpengalaman ikut menyediakan energi dengan mengangkut gas dari titik eksploitasi ke pembangkit listrik di Tanah Air. 

“Kami mengemban kepercayaan dari klien bahwa kami mampu dengan baik menjalankan misi penyediaan energi ramah lingkungan itu dengan standar internasional," tutur Tammy.

Dalam operasinya, GTSI juga telah memiliki sejumlah sertifikat antara lain, IMO Standard, CLASS NK dan beberapa sertifikat ISO. 

“Kami juga sudah meraih sertifikat ramah lingkungan,” ujar Tammy.

Dalam kesempatan terpisah, Fauzan, Plt. Direktur Utama Pelayaran Bahtera Adhiguna mengatakan bahwa sudah tepat telah mempercayakan familiarization atau pengenalan kapal LNG kepada awak kapal kami dari GTSI. 

“Untuk operator kapal LNG, pengalaman GTSI sudah tidak diragukan lagi,” katanya. 

Fauzan mengatakan on board training tersebut adalah upaya mempersiapkan Bahtera Adiguna sebagai securing of supply energi primer PT PLN yang mana saat ini perusahaan masih menjalankan tugas pengangkutan batubara dan kedepannya dapat memungkinkan untuk melakukan pengembangan bisnis, yaitu jasa angkutan transportasi laut LNG. 

Pelaksanaan on board training dimulai dengan penandatanganan kerja sama pada tanggal 25 Oktober 2022.

“Dengan pelaksanaan on board training ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pegawai tentang jasa angkutan transportasi laut LNG,” kata Fauzan.

Laba Melonjak

Saat ini, saham emiten berkode GTSI  bertengger di rentang Rp50-Rp78 per lembar dalam setahun terakhir dan tercatat pada sektor pelayaran dengan kapitalisasi pasar Rp996 miliar.

Sejauh ini, GTSI mencatatkan pendapatan US$31,11 juta (Rp486,87 miliar) atau tumbuh hingga 69,3% secara tahunan pada periode Januari hingga September 2022. 

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2022, kontribusi pendapatan dari GTS Internasional didominasi jasa sewa kapal untuk gas alam cair senilai US$21,95 juta (Rp343,51 milair) atau naik 23,4% secara tahunan dari sebelumnya US$17,79 juta (Rp278,41 miliar) pada September 2021. 

Selain itu, GTSI juga mencatatkan jasa sewa kapal untuk unit penyimpanan dan regasifikasi terapung senilai US$8,77 juta (Rp137,25 miliar) dan segmen tunda dan tambat senilai US$79.033 (Rp1,2 miliar). GTSI mencatatkan laba bruto senilai US$10,91 juta (Rp170,74 miliar). 

Sampai pada September 2022, GTSI turut mencatatkan lonjakan pendapatan operasi lainnya dari yang sebelumnya US$486.803 (Rp7,61 miliar) menjadi US$1,16 juta (Rp18,15 miliar). 

Meski begitu, perseroan juga membukukan kenaikan yang signifikan pada beban operasi lainnya dari yang sebelumnya US$469.225 (Rp7,34 miliar) di September 2021 menjadi US$2,06 juta (Rp32,24 miliar).