Calon Presiden Sandra Torres
Dunia

Guatemala, Pilpres dan Pertaruhan Ketiga Sandra Torres

  • Torres sendiri berada dalam bayang-bayang kekalahan dalam tiga pemilihan berturut-turut. Hasil jajak pendapat menunjukkan Torres tertinggal dengan selisih dua digit dari Bernardo Arevalo, seorang kandidat reformis yang naik dengan platform anti-korupsi.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Calon presiden (capres) Guatemala Sandra Torres mencoba menarik pemilih yang kecewa menjelang putaran kedua pemilihan presiden pada hari Minggu 20 Agustus 2023. Hal itu dengan mempromosikan dua dekade pengalamannya sebagai tokoh utama dalam politik Guatemala. 

Torres sendiri berada dalam bayang-bayang kekalahan dalam tiga pemilihan berturut-turut. Dilansir dari Reuters, Jumat 18 Agustus 2023, hasil jajak pendapat menunjukkan Torres tertinggal dengan selisih dua digit dari Bernardo Arevalo, seorang kandidat reformis yang naik dengan platform anti-korupsi.

Torres, mantan ibu negara berusia 67 tahun, menyatakan pengalamannya akan sangat penting untuk mengatasi tingkat kemiskinan yang mencapai lebih dari 55%. Hal yang telah menjadikan Guatemala sebagai sumber migrasi terbesar Amerika Serikat dan salah satu negara terburuk di dunia dalam hal malnutrisi anak.

“Setiap empat tahun, selalu sama. Kandidat muncul tanpa pengalaman,” ujarnya dalam sebuah debat pada hari Senin. “Membuat janji itu mudah, tetapi mewujudkannya adalah hal yang berbeda.”

Sebagai Ibu Negara pertama pada masa pemerintahan Presiden Alvaro Colom yang telah meninggal antara tahun 2008 dan 2011, Torres memperjuangkan program kesejahteraan yang membantu dirinya dan partainya, Persatuan Harapan Nasional (UNE), membangun kehadiran yang kuat di komunitas pedesaan.

Torres, yang berasal dari kota miskin di wilayah Peten, Guatemala, telah berjanji untuk memperluas jaringan pengaman sosial jika terpilih. Namun, sementara pemerintahan terakhir partainya berhasil mengurangi kemiskinan, upaya Torres menuai kritik. 

Hal itu salah satunya Will Freeman, seorang rekan untuk studi Amerika Latin di Dewan Hubungan Luar Negeri. “Saat ini, banyak warga Guatemala menganggap program sosialnya tidak benar-benar ditujukan untuk mengangkat orang dari kemiskinan secara permanen.”

Sejak tahun 2011, Torres telah membidik kursi kepresidenan, ketika ia bercerai dari suaminya dalam upaya gagal untuk menghindari larangan konstitusional terhadap kerabat dekat Presiden yang mencalonkan diri.

Cari Sekutu Baru

Dalam dua upaya pencalonan presiden berikutnya pada tahun 2015 dan 2019, ia berhasil melangkah ke putaran kedua namun kalah di tahap akhir. Pada tahun 2019, dia dituduh melakukan penyimpangan pendanaan kampanye, yang dibantahnya, dan menghabiskan empat bulan di penjara. 

Kasus tersebut ditutup pada tahun 2022 karena kurangnya bukti. Namun jajak pendapat CID Gallup pada bulan Juli menemukan bahwa 54% responden menganggap Torres “korup” dan “pembohong.” Hal ini sangat berbeda dengan pandangan terhadap Arevalo.

Torres telah mencari sekutu baru dalam upaya untuk membalikkan kekalahan-kekalahanya, kata para analis. Sosok yang cenderung berada di tengah-kiri politik ini telah beralih ke kanan dalam isu-isu sosial. 

Hal itu misal berusaha mempertahankan larangan pernikahan sesama jenis dan aborsi di negara yang konservatif serta memilih seorang pendeta evangelis sebagai pasangan pencalonannya.

Namun, persepsi bahwa Torres adalah kelanjutan dari status quo dapat menjadi tantangan bagi pemilih yang enggan terhadap pihak yang berkuasa. Diketahui, hampir satu dari empat pemilih memilih surat suara rusak atau kosong pada pemungutan suara putaran pertama pada bulan Juni.