Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat mengikuti rapat kerja dengan Bandan Anggaran DPR RI di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Makroekonomi

Gubernur BI Optimistis Rupiah Menguat, Berikut 4 Faktor Pendukungnya

  • Dalam tiga hari pertama Mei 2024, telah SRBI juga masih inflow mencapai Rp1,8 triliun.

Makroekonomi

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (Gubernur BI), Perry Warjiyo, optimis nilai tukar rupiah dapat menguat hingga mencapai level Rp16.000 hingga Rp15.800 per dolar Amerika Serikat (AS) hingga akhir tahun ini.

Berdasarkan data dari Bloomberg, mata uang rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS beberapa hari ini. Pada penutupan perdagangan sore ini, pada Jumat, 3 Mei 2024, rupiah kembali menguat sebesar 102 poin atau 0,63%, ke level 16.083.

“BI meyakini bahwa nilai tukar rupiah menguat ke Rp16.000 per dolar AS dan kemudian ke Rp15.800 per dolar AS,” ungkap Perry, dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), pada Jumat, 3 Mei 2024.

Ia menambahkan, ada empat faktor utama yang menjadi patokan BI alam memprediksi penguatan rupiah. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%, yang dinilai dapat meningkatkan daya tarik dari imbal hasil portofolio Indonesia.

“Jika dibandingkan dengan India, terlihat perbedaan yield kita (BI) lebih baik. Ini (kenaikan suku bunga) menjadi lebih atraktif,” paparnya.

Kedua, arus modal asing atau capital inflow sudah kembali masuk ke Indonesia. Pada minggu keempat April 2024, sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sudah mulai masuk (inflow) sebesar Rp4,5 triliun, dari yang sebelumnya outflow.

Perry juga mencatat, dalam tiga hari pertama Mei 2024, telah SRBI juga masih inflow mencapai Rp1,8 triliun. SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai bentuk pengakuan utang jangka pendek, dengan menggunakan underlying asset berupa surat berharga yang dimiliki Bank Indonesia.

Di samping itu, pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia juga mencatat inflow sebesar Rp3,75 triliun.

Ketiga, prospek ekonomi Indonesia yang terus menguat. KSSK yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan, sepakat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama 2024 telah melebihi 5%.

Perry mengatakan, inflasi juga berada di level rendah 2,5% plus minus 1%, kredit juga masih tumbuh, itu menjadi prospek yang baik baik inflow asing.

“Dan yang keempat tentu saja komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan KSSK,” terang Perry.