<p>Ilustrasi rokok Gudang Garam. / Gudanggaramtbk.com</p>
Korporasi

Gudang Garam Sebut Tren Downtrading Tak Terhindarkan

  • Sepanjang semester I-2024, volume penjualan rokok di Gudang Garam tertinggi diraih oleh jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebanyak 69,4 miliar batang. Hal ini mengalami menurunan dari periode yang sama tahun sebelumnya diangka 80,4 miliar batang.

Korporasi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Downtrading rokok atau peralihan konsumsi rokok ke jenis yang lebih murah kian marak terjadi setelah pemerintah mengerek tarif cukai hasil tembakau (CHT) kian tinggi.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM), Heru Budiman menyebut hal ini sudah sering terjadi dari dulu dan tidak bisa dihindari. Hal itu terjadi lantaran perokok membutuhkan rokok tapi tak memiliki uang untuk membeli akibat harga yang tinggi.

"Saya sebagai perokok dulu-dulu sudah sering mengalami downtrading yang otomatis terjadi kalau duit sudah tidak ada dikantong dan cari yang murah. Jadi dari pihak perusahaan tidak bisa menghindarin atau menyiasati ketentuan cukai yang ada ini," kata dalam public expose live 2024 secara daring pada Kamis, 29 Agustus 2024.

Berdasarkan riset pasar Nielsen, volume penjualan industri rokok mengalami penurunan sebesar 7,2% pada paruh pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya volume penjualan segmen SKM, segmen yang dikenai cukai lebih tinggi dari SKT. Tren peralihan konsumen ke kategori SKT yang lebih terjangkau terus berlanjut dari tahun-tahun sebelumnya, dengan peningkatan volume penjualan SKT sebesar 11%.

Segmen ini kini mencapai lebih dari 30% dari total volume industri dibandingkan dengan 20,6% pada akhir tahun 2021. Persaingan harga merupakan salah satu tantangan di seluruh sektor konsumen dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan penjualan akibat daya beli masyarakat (kelas menengah ke bawah) yang belum menunjukkan perbaikan.

Sepanjang semester I-2024, volume penjualan rokok di Gudang Garam tertinggi diraih oleh jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebanyak 69,4 miliar batang. Hal ini mengalami menurunan dari periode yang sama tahun sebelumnya diangka 80,4 miliar batang.

Posisi kedua penjualan dirih oleh Sigaret Kretek Tangan (SKT) 32 miliar batang justru naik dari tahun sebelumnya diangka 28,8 miliar batang . Terkahir ada SPMT di angka 4,8 miliar batang.

GGRM Tak Jual Rokok Eceran

Heru menjelaskan terkait larangan ini, GGRM menyebut sebagai produsen rokok dari dulu sampai saat ini tidak melakukan penjualan rokok eceran. Sehingga penjualan langsung ke konsumen GGRM dipastikan tidak terjadi. Emiten rokok ini melalukan semua penjualan di melalui outlet baik dalam skala besar, kecil hingga retail.

Sebelumnya, emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan pendapatan sebesar Rp50,01 triliun pada semester I-2024. Raihan ini turun 10,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp55,85 triliun.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman mengatakan, penurunan disebabkan oleh turunnya volume penjualan akibat kenaikan harga jual kepada konsumen, di mana daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah bawah masih stagnan.

"Di tengah situasi ini, ketika sektor tembakau terus menghadapi kenaikan beban cukai yang signifikan secara berkelanjutan, kondisi pasar tetap penuh tantangan," kata Heru dalam public expose live 2024 secara daring pada Kamis, 29 Agustus 2024.

Hal ini sejalan sengan penurunan laba perseroan yang  juga tergerus pada semester I-2024. Laba bersih di semester I ini menjadi Rp925,51 miliar atau anjlok 71,85% dari periode sama 2023 sebesar Rp3,28 triliun.