Orang-orang Berjalan Melewati Kantor Pusat Bank Swiss UBS di Zurich (Reuters/Arnd Wiegmann)
Perbankan

Habis Akuisisi Credit Suisse, Laba UBS Naik Tiga Kali Lipat

  • Setelah resmi merger dengan salah satu bank tertua di dunia, Credit Suisse tahun lalu, laba UBS tercatat melampaui perkiraan.

Perbankan

Rizky C. Septania

ZURICH - Bank asal Swiss, UBS melaporkan laba kuartal pertama tahun ini. Setelah resmi merger dengan salah satu bank tertua di dunia, Credit Suisse tahun lalu, laba UBS tercatat melampaui  perkiraan.

Mengutip Reuters Selasa, 7 Mei 2024, laba bersih kuartal pertama UBS mencapai US$1,8 miliar atau kisaran Rp28,9 triliun (asumsi kurs Rp16.00 per dolar AS). Angka ini hampir tiga kali lipat perkiraan analis.

Angka tersebut juga menjadi laba kuartal pertama UBS sejak mengambil alih Credit Suisse. Menurut laporan, lonjakan laba pasca-merger dengan Credit Suisse didukung oleh pemotongan biaya dan dorongan dari bagian non-inti bisnis yang diwarisi dan  dihentikan oleh UBS.

“Ini merupakan bukti kekuatan waralaba klien kami dan kemajuan rencana integrasi kami,” kata CEO UBS Sergio Ermotti.

Sebagai informasi, saham bank terbesar di Swiss itu tercatat melonjak sebanyak 8% dan mencapai angka tertinggi sejak Maret 2023. Kala itu, kenaikan terjadi antaran pihak berwenang tengah mengatur proses akuisisi Credit Suisse oleh UBS.

Setelah akuisisi dilakukan,saham UBS melonjak hampir 50% sejak merger, dengan investor optimis mengenai prospek UBS mengingat biaya akuisisi yang rendah, peningkatan aset yang besar serta  kemajuan yang relatif lancar dalam mengintegrasikan pesaingnya yang terpuruk.

Lakukan Buyback

Terkait laba yang diperoleh UBS setelah erger dengan Credit Suisse, sejumlah investor mencermati sejumlah aksi korporasi yang akan diambil oleh eksekutif UBS seperti adanya cash on cash return atau pengembalian ang tunai, aksi buyback dan dividen sebagai penggerak utama di balik kenaikan harga saham bank di seluruh Eropa pada tahun lalu.

Pemerintah Swiss baru-baru ini mengumumkan rencana untuk meningkatkan persyaratan modal bagi bank-bank yang dianggap terlalu besar untuk gagal, meningkatkan kekhawatiran apakah hal tersebut akan berdampak pada kemampuan UBS dalam memberi penghargaan kepada pemegang saham.

Para eksekutif UBS mengatakan mereka mempunyai kekhawatiran besar mengenai rencana tersebut.

Namun Ermotti mengatakan p bahwa bank tersebut tetap berpegang pada rencana pembelian kembali pada tahun 2024, 2025 dan 2026.

Hal ini termasuk rencana untuk membeli kembali saham hingga US$1 miliar tahun ini serta meningkatkan dividen tahun lalu sebesar US$0,70 per saham pada tahun 2024.