Habis Manis, Chat GPT Kini Mulai Ditinggal Pengguna
- Dalam sebulan, pengguna aplikasi yang sempat booming tersebut mulai menyusut.
Korporasi
WASHINGTON - Chatbot berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelegence (AI), ChatGPT mulai ditinggal pengguna. Dalam sebulan, pengguna aplikasi yang sempat booming tersebut mulai menyusut.
Menurut data similarweb, lalu lintas situs baik web maupun seluler pada Juni turun hampir 10% dibanding sebelumnya. Penurunan ini merupakan yang pertama kali sejak aplikasi berbasis AI itu banyak dipebincangkan pada November tahun lalu.
Perlu dicatat, penurunan jumlah pengguna ChatGPT menjadi hal penting yang menghkhawatirkan bagi OpenAI lantaran perusahaan menghabiskan banyak uang untuk mengoperasikan chatbot buatannya.
- Indika Energy Dirikan 2 Joint Venture Penyewaan Kendaraan Listrik
- 3 Langkah Menjadi Mahasiswa Baru agar Siap Menghadapi Kehidupan Perkuliahan
- Harga Emas Hari Ini Naik Rp7.000 Per Gram
Sebagaimana dilaporkan dari penelitian SemiAnalysis, OpenAI harus merogoh kocek kisaran US$694 ribu atau kisaran Rp10,3 miliar (asumsi kurs Rp15.200 per dolar AS) untuk mengoperasikan ChatGPT.
The Washington Post pada Rabu, 12 Juli 2023 menulis, penurunan menandakan popularitas chatbots tersebut telah mencapai puncaknya.
Sebelumnya, ChatGPT pernah dipuji sebagai aplikasi dengan pertumbuhan tercepat awal tahun ini. Dalam dua bulan, aplikasi ini berhasil menggaet 100 juta pengguna baru.
Sayangnya, rekor ini pada akhirnya direbut oleh Threads milik Meta. Pada Senin, 10 Juli 2023, aplikasi yang disebut pembunuh Twitter ini berhasil menggaet pengguna dengan jumlah serupa hanya dalam waktu 5 hari.
Sebab Ditinggalkan
Belum diketahui penyebab ChatGPT ditinggal penggunanya. Namun laman WaPo mengatakan hal itu ada hubungannya dengan liburan sekolah.
Menurut penelusuran TrenAsia.com, sejak jadi pembicaraan, ChatGPT menjadi andalan para siswa untuk menyelesaikan tugasnya. Biasanya, para pelajar menggunakan aplikasi tersebut untuk menyontek essai.
Sebelumnya, sejumlah CEO teknologi banyak memuji AI generatif. Mereka menggembar-gemborkannya sebagai teknologi baru yang revolusioner. Bahkan, teknologi ini digadangakan memperbaiki daftar masalah masyarakat sekaligus menghasilkan uang bagi pengusaha.
Ekspektasi tinggi
Meski diberi ekspektasi tinggi, bukan berarti ChatGPT adalah teknologi yang sempurna. Ada kekurangan yang menghambat aplikasi ini tak dapat memenuhi ekspektasi tinggi dari penggiat teknologi.
Lebih rinci, fakta yang diaungkapkan chatbot berbasis AI ini banyak dikatakan sebagai fakta semu. Beberapa kali, Chatbot diketahui mengarang fakta dengan cara yang sangat meyakinkan sehingga berpotensi membuka jalan bagi lebih banyak disinformasi di internet.
Dari sisi teknologi, AI generatif telah membuat percikan besar dan menjadi alat yang luar biasa di gudang senjata beberapa profesional. KArenanya, regulator telah mulai membunyikan lonceng peringatan.