Habiskan Rp4,5 Triliun, Ini Kemampuan Drone yang Dibeli Indonesia dari Turkiye
- Kesepakatan dengan TAI yang berbasis di Ankara diselesaikan pada bulan Februari. Dan drone diharapkan akan dikirimkan dalam waktu 32 bulan setelah penandatanganan.
Tekno
JAKARTA-Indonesia mengumumkan telah membeli drone dari Turkish Aerospace Industries ( TAI) Turkiye. Kesepakatan mencapai pembelian 12 kendaraan udara tak berawak (UAV) baru bernilai sekitar US$300 juta atau sekitar Rp4,5 triliun.
Kementerian Pertahanan Indonesia dikutip Reuters Selasa 1 Agustus 2023 mengatakan, pembelian drone ini merupakan bagian dari upaya untuk memodernisasi peralatan militer negara yang telah menua. Pembelian ini dilakukan setelah Presiden Indonesia, Joko Widodo pada Juli 2023 lalu mengingatkan kabinetnya untuk menjaga anggaran yang sehat. Sambil menyoroti belanja berlebih oleh lembaga keamanan negara, termasuk kementerian pertahanan.
Kesepakatan dengan TAI yang berbasis di Ankara diselesaikan pada bulan Februari. Dan drone diharapkan akan dikirimkan dalam waktu 32 bulan setelah penandatanganan. Kontrak juga termasuk pelatihan dan simulator penerbangan.
- Jangan Sembarangan! Ini Cara Tepat Buang Sampah Obat
- Bersedia Gabung PSG, Dembele Bakal Terima Gaji Rp331 Miliar per Tahun
- Jangan Main-Main, Setiap 40 Detik Ada Satu Orang Bunuh Diri karena Depresi
Pernyataan itu tidak mengklarifikasi drone mana yang telah disetujui. Tetapi laporan media Turkiye mengutip Manajer Umum TAI Temel Kotil menyebutkan perjanjian tersebut akan mencakup drone tempur Anka yang dibangun perusahaan tersebut.
Indonesia sebelumnya dilaporkan menyatakan ketertarikannya pada drone kelas medium-altitude long-endurance (MALE). Dan Anka disebut memenuhi semua pesyaratan Indonesia.
Keluarga drone Anka dapat melakukan pengintaian, akuisisi target dan identifikasi, dan misi pengumpulan intelijen. Drone menampilkan teknologi radar elektro-optik/inframerah dan sintetik. TAI mengatakan pesawat memiliki kemampuan terbang otonom dan dapat lepas landas dan mendarat sendiri.
Keluarga Anka memiliki lebar sayap 17,5 meter dan panjang 8,6 meter. Pesawat apat terbang pada ketinggian maksimal 30.000 kaki. Drone ini dapat tetap di udara hingga 30 jam.
Kotil bulan Juli lalu mengatakan enam drone akan diproduksi di Turki dan dikirim pada Agustus. Enam sisanya, bersamaan dengan transfer teknologi akan diproduksi di Indonesia.
TAI saat ini disebut memproduksi lima Anka per bulan. Dan berencana untuk meningkatkan kapasitas di periode mendatang untuk memenuhi permintaan asing yang terus meningkat. Drone tersebut telah dijual ke Tunisia, Kazakhstan, Malaysia, Aljazair, dan Chad.
TAI juga telah memperluas upaya untuk memastikan kehadiran yang lebih besar di pasar Asia dalam teknologi generasi baru. Khususnya di bidang industri pertahanan dan penerbangan. Perusahaan ini sudah memiliki kantor di Indonesia dan membuka kantor teknik dan desain di Malaysia pada November 2021. TAI pada bulan Mei mengumumkan telah menandatangani kesepakatan senilai sekitar US$100 juta dengan Malaysia untuk tiga drone Anka.
Drone Turkiye menjadi yang terakhir dari serangkaian upaya Indonesia untuk memodernisasi militernya. Sebelumnya pada bulan Januari 2023, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyegel kesepakatan senilai US$800 juta untuk membeli 12 jet tempur Mirage 2000-5. Keputusan yang sempat menuai kritik termasuk dari DPR karena dianggap terlalu tua. Indonesia pada bulan Februari juga membeli 42 jet tempur Rafale seharga US$8,1 miliar. Pembelian akan dilakukan secara bertahap selama beberapa tahun.
Dengan Rp134,3 triliun Kementerian Pertahanan memiliki alokasi terbesar dari total anggaran negara tahun ini.