Fintech

Hacker Bobol Rp8,8 Triliun Koin Perusahaan Kripto, Terbesar dalam Sejarah

  • Seorang hacker berhasil membobol US$613 juta setara Rp8,8 triliun koin digital milik perusahaan kripto Poly Network baru-baru ini. Jumlah tersebut merupakan tindakan perampokan terbesar yang pernah ada.
Fintech
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA – Seorang peretas (hacker) berhasil membobol US$613 juta setara Rp8,8 triliun koin digital milik perusahaan kripto Poly Network baru-baru ini. Jumlah tersebut merupakan tindakan perampokan terbesar yang pernah ada.

Menurut laporan Reuters, Kamis, 12 Agustus 2021, sepertiga dari dana tersebut atau sekitar US$260 juta setara Rp3,7 triliun koin digital telah dikembalikan dan perusahaan menuntut peretas diproses secara hukum.

Namun, peretas yang belum diketahui identitasnya mengatakan bahwa tindakan perampokan tersebut dilakukan sebagai upaya uji coba untuk menguji kerentanan sistem keuangan kripto sebelum pihak lain dapat mengeksploitasinya.

Poly Network, platform keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang memfasilitasi transaksi peer-to-peer, mengatakan di Twitter bahwa masih ada sekitar US$353 juta setara Rp5,07 triliun belum dikembalikan.

Perusahaan yang memungkinkan pengguna untuk menukar token di berbagai blockchain ini mengatakan bahwa peretasan tersebut terjadi pada Selasa, 10 Agustus 2021.

Menurut Chainalysis, hacker mengeksploitasi kerentanan dalam kontrak digital yang digunakan Poly Network untuk memindahkan aset di antara berbagai blockchain.

Dalam sebuah pesan digital yang diperoleh Chainalysis, seorang hacker mengaku dia melakukannya "untuk bersenang-senang" dan ingin "mengekspos kerentanan" sebelum orang lain dapat mengeksploitasinya.

Dia mengklaim tidak tertarik dengan uang dan berniat mengembalikan token curian.

"Saya tidak terlalu tertarik dengan uang," kata peretas itu.

Sementara itu, Elliptic, perusahaan pelacakan kripto, mengklaim bahwa keputusan mengembalikan uang itu bisa saja dipicu oleh kebingungan hacker akibat pencucian kripto dalam skala yang sangat besar.

"Bahkan jika Anda dapat mencuri aset kripto, mencucinya dan menguangkannya sangat sulit, karena transparansi blockchain dan penggunaan analitik blockchain secara luas oleh lembaga keuangan," ujar pendiri Elliptic Tom Robinson.

Dari penelusuran, skala pencurian aset Poly Network sebanding dengan koin digital senilai US$530 juta yang dicuri dari pertukaran Coincheck yang berbasis di Tokyo pada tahun 2018. Bursa Mt. Gox, juga berbasis di Tokyo, runtuh pada tahun 2014 setelah kehilangan setengah miliar dolar dalam bentuk bitcoin akibat peretasan.

Menurut perusahaan intelijen kripto CipherTrace, serangan terhadap Poly Network terjadi ketika kerugian akibat pencurian, peretasan, dan penipuan yang terkait dengan keuangan terdesentralisasi (DeFi) mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Namun, pada US$600 juta, pencurian Poly Network jauh melampaui kerugian kriminal US$474 juta yang didaftarkan oleh seluruh sektor DeFi dari Januari hingga Juli 2021.

Pencurian menggambarkan risiko dari sebagian besar sektor yang tidak diatur dalam keuangan kripto dan dapat menarik perhatian regulator atau pemerintah.

Platform DeFi sebetulnya memungkinkan orang untuk melakukan transaksi, biasanya dalam mata uang kripto, secara langsung tanpa penjaga gerbang (gatekeeper) tradisional seperti bank atau bursa.

Sektor ini telah berkembang pesat selama setahun terakhir, dimana sekarang menangani US$80 miliar lebih koin digital.

DeFi menawarkan orang dan bisnis akses gratis ke layanan keuangan, dengan alasan bahwa teknologi akan memotong biaya dan meningkatkan aktivitas ekonomi.

Kendati demikian, kekurangan dan kelemahan teknis dalam kode komputer mereka dapat membuat mereka rentan terhadap peretasan pihak eksternal.*