<p>Sumber foto:  United Tractors</p>
Industri

Hadapi COVID-19, United Tractors Terapkan Kebijakan Bervariasi di Empat Lini Bisnis

  • Setiap perusahaan punya cara berbeda dalam menghadapi pandemi COVID-19 pada bisnisnya. Salah satunya dengan membagi sebagian kegiatan karyawan untuk work from home (WFH) dan work from office (WFO). Seperti yang dilakukan perusahaan milik Grup Astra, PT United Tractors Tbk. Manajemen emiten dengan kode saham UNTR ini punya empat lini bisnis. Setiap lininya, perseroan menerapkan kebijakan […]

Industri

Issa Almawadi

Setiap perusahaan punya cara berbeda dalam menghadapi pandemi COVID-19 pada bisnisnya. Salah satunya dengan membagi sebagian kegiatan karyawan untuk work from home (WFH) dan work from office (WFO).

Seperti yang dilakukan perusahaan milik Grup Astra, PT United Tractors Tbk. Manajemen emiten dengan kode saham UNTR ini punya empat lini bisnis. Setiap lininya, perseroan menerapkan kebijakan berbeda dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Terlebih, perseroan mengaku, pandemi COVID-19 berdampak pada pembatasan operasional. “Lebih dari 3 bulan,” tulis manajemen United Tractors melalui keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Kamis, 28 Mei 2020.

Manajemen United Tractors merinci, di lini bisnis mesin konstruksi misalnya. Sebanyak 85% karyawan di kantor pusat menjalankan WFH dan sisanya WFO dengan protocol penanganan COVID-19. Tapi di bagian manufaktur dan rekondisi mesin, 70% karyawan yang WFH.

Sementara di kantor cabang secara umum, khususnya wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur, sebanyak 45% WFH dan 55% WFO. Beda lagi dengan di kantor jobsite untuk kegiatan distribusi alat berat dan layanan purna jual yang sebagian besar atau 90% masih WFO.

Untuk bisnis kontraktor penambangan di Sumatera dan Kalimantan, sebanyak 90% karyawan perseroan juga masih bekerja di wilayah operasi. Namun berbeda dengan bisnis pertambangan batu bara dan emas yang hanya 70% masih WFO.

“Lini bisnis industri konstruksi, sebanyak 85% karyawan sudah WFH,” tambah manajemen United Tractors.

Adapun pembatasan tersebut, kata manajemen United Tractors, merupakan bentuk kepatuhan perseroan dalam megikuti himbauan pemerintah untuk pembatasan kegiatan di tempat kerja selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Sehingga perseroan menginstruksikan kepada sebagian karyawan untuk bekerja dari rumah atau WFH.

Atas penerapan pembatasan operasional itu, United Tractors memperkirakan adanya penurunan laba bersih mulai 25%-50% untuk kinerja keuangan per kuartal I-2020.

Untuk itu, dalam menjalankan Business Continuity Plan, perseroan tetap pada panduan kegiatan operasional secara terbatas dengan memperhatikan penerapan protokol penanganan Covid-19 di lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal karyawan, dan komunitas sekitar wilayah operasional Perusahaan.

Perseroan juga melaksanakan interaksi intensif dengan para pemangku kepentingan (pelanggan, prinsipal, vendor, institusi keuangan, karyawan, masyarakat, pemegang saham, dan regulator) dengan meminimalkan kontak fisik dan memaksimalkan teknologi yang ada (video/audio conference, online transaction, online reporting, online information, dsb.)

Selain itu, ketersediaan supply inventory di seluruh jaringan perseroan dijaga dengan kapasitas memadai untuk menghindari potensi adanya keterbatasan sarana logistik dan transportasi. “Serta meninjau kembali anggaran belanja modal dan biaya operasional; menyusun simulasi posisi keuangan berdasarkan beberapa skenario dan melakukan relokasi anggaran sesuai dengan prioritas sehingga dapat mendukung kebutuhan operasional dan pengembangan usaha Perseroan,” imbuh manajemen perseroan.

Di sisi lain, perseroan juga enjalankan Intensive Management Review secara rutin dengan memperhatikan perkembangan pandemi dan indikator ekonomi terkini.

Sepanjang 2019 lalu, United Tractors yang 59,5% sahamnya dimiliki Astra, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 2% menjadi Rp11,3 triliun.

Pertumbuhan laba yang mini itu akibat penjualan alat berat Komatsu turun sebesar 40% menjadi 2.926 unit, dimana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga menurun. Di sisi lain, bisnis kontraktor penambangan, PT Pamapersada Nusantara (PAMA), mencatat kenaikan volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 1% menjadi 989 juta bank cubic metres dan peningkatan produksi batu bara sebesar 5% menjadi 131 juta ton.

Sementara itu, anak perusahaan perseroan di bidang pertambangan mencatatkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 21% menjadi 8,5 juta ton, termasuk penjualan 1,2 juta ton coking coal, tetapi terimbas oleh harga batu bara yang lebih rendah.

Untung saja, United Tractors punya PT Agincourt Resources, dengan kepemilikan 95% saham, melaporkan penjualan emas sebesar 410.000 oz.

Sayang, perusahaan kontraktor umum yang 50,1% sahamnya dimiliki perseroan, PT Acset Indonusa

Tbk. (ACST), melaporkan rugi bersih sebesar Rp1,1 triliun, dibandingkan dengan laba bersih Rp18 miliar pada tahun 2018. Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan biaya proyek dan pendanaan atas beberapa kontrak yang sedang berjalan.

Kinerja yang kurang baik ini langsung berdampak pada pergerakkan saham UNTR yang sempat menyentuh level terendahnya Rp12.600 pada 19 Maret 2020. Sementara, menutup perdagangan Rabu, 27 Mei 2020, saham UNTR ada pada level Rp14.950.