logo
Inggris
Dunia

Hadapi Perang Dagang dengan AS, Inggris Justru Pangkas Tarif Impor

  • Pemerintah menegaskan langkah tersebut bertujuan untuk mendukung bisnis dalam negeri, meringankan beban konsumen, serta merespons tekanan eksternal dari mitra dagang utama, termasuk kebijakan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat

Dunia

Muhammad Imam Hatami

LONDON - Pemerintah Inggris resmi menangguhkan sementara tarif impor terhadap 89 jenis barang. Langkah ini diambil  sebagai bagian dari strategi ekonomi nasional untuk menahan laju inflasi dan menjaga daya saing industri dalam negeri di tengah meningkatnya tensi dagang global, khususnya dengan Amerika Serikat.

"Kami tahu keluarga-keluarga mengkhawatirkan soal biaya hidup, dan perusahaan-perusahaan tidak yakin dengan masa depan mereka. Itulah sebabnya kami mengumumkan harga yang lebih rendah untuk impor barang-barang kebutuhan sehari-hari," jelas Menteri Bisnis dan Perdagangan Inggris, Jonathan Reynolds, kala memberikan keterangan resmi kepada awak media, di London, Selasa, 15 April 2025 waktu setempat.

Kebijakan ini mulai berlaku segera dan akan berlangsung hingga Juli 2027. Pemerintah menegaskan langkah tersebut bertujuan untuk mendukung bisnis dalam negeri, meringankan beban konsumen, serta merespons tekanan eksternal dari mitra dagang utama, termasuk kebijakan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap produk-produk ekspor Inggris seperti baja dan otomotif.

"Perdagangan bebas dan terbuka menumbuhkan ekonomi, menurunkan harga, dan membantu bisnis untuk menjual (produknya) ke seluruh dunia. Itulah sebabnya kami memangkas tarif untuk berbagai produk," tambah Jonathan Reynolds.

Deretan Produk yang Ditunda Pengenaan Tarif

Barang-barang yang masuk dalam daftar penangguhan tarif mencakup berbagai kebutuhan pokok masyarakat seperti pasta, jus buah, rempah-rempah, hingga minyak kelapa. 

Selain itu, sejumlah bahan baku penting untuk industri juga terdampak, seperti kayu lapis dan plastik yang biasa digunakan dalam sektor konstruksi dan manufaktur. Beberapa barang musiman seperti sirup agave dan umbi tanaman berkebun juga turut memperoleh keringanan tarif.

"Dari makanan hingga furnitur, kebijakan ini akan mengurangi biaya barang sehari-hari untuk bisnis, dengan penghematan yang diharapkan bisa diteruskan ke konsumen," ujar  Jonathan Reynolds.

Menurut perkiraan pemerintah, kebijakan ini akan menghasilkan penghematan setidaknya £17 juta atau sekitar Rp324 miliar per tahun , yang diharapkan dapat diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga eceran yang lebih rendah.

Menteri Bisnis dan Perdagangan Inggris, Jonathan Reynolds, menyatakan bahwa kebijakan penangguhan tarif ini merupakan dorongan kuat bagi perdagangan bebas dan akan membantu bisnis mengurangi beban biaya operasional. 

Menurut Jonathan, dengan menurunkan tarif, pihaknya telah menciptakan ruang untuk harga yang lebih bersaing dan memperkuat ekosistem perdagangan Inggris.

Sementara itu, Menteri Keuangan Rachel Reeves menyebut kebijakan tersebut sebagai langkah nyata pemerintah untuk mengatasi tekanan biaya hidup yang masih dirasakan banyak rumah tangga Inggris, sembari mendukung pertumbuhan usaha kecil dan menengah yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.

Kebijakan ini hadir di tengah tekanan ekonomi akibat kenaikan tarif oleh Amerika Serikat, yang memperburuk kondisi sektor manufaktur Inggris yang telah lebih dulu terdampak oleh kenaikan biaya input serta melemahnya permintaan global. 

Dalam konteks tersebut, penangguhan tarif impor dinilai sebagai langkah strategis untuk memperkuat ketahanan dan daya saing ekonomi Inggris, sekaligus meredam dampak lanjutan dari ketidakpastian ekonomi global.