Marketing Director PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) Agung Wirajaya (Kiri}, Chief Marketing Officer Kota Podomoro Tenjo Zaldy Wihardja (tengah), dan Kepala Project Kota Podomoro Tenjo Mansyur Wahab (kanan) berbincang disela - sela acara seremonial Ground Breaking Club House Kota Podomoro Tenjo, Bogor Jawa Barat, Kamis , 7 Oktober 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Properti

Hadapi Utang Jumbo, APLN Dinilai Bakal Hadapi Situasi Sulit

  • Keberhasilan APLN melunasi pinjaman senilai SGD172,8 juta melalui penjualan aset Central Park Mal (CP Mal) pada akhir tahun lalu tidak akan mudah terulang

Properti

Ananda Astri Dianka

JAKARTA - Raksasa properti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) kembali menghadapi masalah utang. Di tengah tantangan bisnis properti yang belum pulih, APLN punya kewajiban jumbo yang akan segera jatuh tempo pada 2 Juni 2024. 

Pinjaman senilai US$300 juta atau sekitar Rp 4,5 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per USD) berbunga 5,95% per tahun.

“Menghadapi utang jatuh tempo yang begitu besar, ruang APLN untuk mendapatkan pendanaan kembali akan semakin terbatas. Agenda pemilu dan kondisi ekonomi global yang serba tidak pasti akan memberatkan pelaku bisnis seperti halnya Agung Podomoro untuk mendapatkan pendanaan baru,” jelas Fendi Susiyanto, pengamat pasar modal di Jakarta, Senin 10 Juli 2023.

Fendy mengatakan, keberhasilan APLN melunasi pinjaman senilai SGD172,8 juta melalui penjualan aset Central Park Mal (CP Mal) pada akhir tahun lalu tidak akan mudah terulang. Apalagi utang jatuh tempo tahun depan nilainya hampir 2 kali lipat.

“Wajar jika lembaga pemeringkat obligasi Moody’s menyematkan rating negatif kepada APLN. Akan menarik untuk melihat strategi manajemen APLN untuk bisa keluar dari kondisi sulit ini,” katanya.  

Peringkat Utang

Moody's baru saja memangkas rating Agung Podomoro dari Caa1 menjadi Caa2. Hal yang sama juga berlaku dengan peringkat senior notes yang diterbitkan 2 Juni 2017.

Kinerja APLN sendiri sebenarnya sangat positif. Lewat berbagai proyek properti di sejumlah daerah dan juga di Jabodetabek, perusahaan yang dimiliki oleh Trihatma K. Haliman ini agresif menawarkan produk-produk terbaiknya.

Pada kuartal I-2023 APLN mencatatkan penjualan dan pendapatan usaha sebesar Rp1,15 triliun. Jumlah ini turun 8,58% dibandingkan periode sama tahun 2021 sebesar Rp1,26 triliun.  Perusahaan properti ini membukukan laba kotor sebesar Rp380,2 miliar, turun 19,91% dari tahun sebelumnya Rp474,7 miliar.

Dari berbagi proyek properti yang dibangun di berbagai daerah, pada kuartal I-2023 APLN membukukan pengakuan penjualan sebesar Rp813,2 miliar. Sementara penjualan pemasaran (marketing sales) di luar PPN sebesar Rp242 miliar. Sementara dari bisnis perhotelan dan pusat perbelanjaan, APLN pendapatan berulang menjadi Rp337,8 miliar, meningkat dari periode sama tahun 2022 sebesar Rp299,1 miliar.

Sekretaris Perusahaan Agung Podomoro Land Justini Omas mengatakan, Agung Podomoro terus berusaha untuk mendorong penguatan bisnis melalui sejumlah inisiatif.

“APLN akan memaksimalkan penjualan proyek-proyek properti di daerah-daerah dengan daya beli konsumen tinggi. Contohnya di Medan, Bandung, Karawang, Jakarta dan proyek baru di Bogor, yaitu Kota Podomoro Tenjo,” jelasnya seperti dikutip dari keterangan resmi (29/4).

Fendy menilai, membaiknya kinerja APLN di awal tahun belum menjadi jaminan bahwa situasi ini akan membuat kas perseroan tebal di akhir tahun. Dengan kebutuhan pendanaan yang juga sangat besar untuk membangun proyek-proyek baru, APLN dinilai memiliki beban berat untuk membiayai pelunasan utang-utangnya dalam waktu dekat.

“Jika melihat arus kasnya, tentu sulit jika hanya mengandalkan penjualan proyek properti. APLN butuh strategi dan tenaga ekstra untuk menyakinkan lembaga keuangan agar bisa melunasi pinjamannya,” tutup Fendi.