Pekerja Jepang Karyawan Jepang
Dunia

Hambatan Kerja Bikin Perempuan Jepang Tak Minat Berkarier di Bidang STEM

  • Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan International Monetary Fund, menunjukkan bahwa menghilangkan hambatan yang dihadapi perempuan dalam pekerjaan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematic) dapat mempercepat pertumbuhan produktivitas hingga 20% di Jepang.

Dunia

Rumpi Rahayu

JAKARTA - Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan International Monetary Fund, menunjukkan bahwa menghilangkan hambatan yang dihadapi perempuan dalam pekerjaan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematic) dapat mempercepat pertumbuhan produktivitas hingga 20% di Jepang. 

Penelitian tersebut menyoroti bagaimana perempuan di Jepang dapat menjadi mesin pertumbuhan perekonomian. Alih-alih menyediakan tenaga kerja murah, peneliti berpendapat pemerintah seharusnya lebih banyak mendorong perempuan untuk mengejar karier di bidang STEM. 

“Di Jepang, hanya 7% mahasiswa perempuan yang mengambil jurusan STEM, dibandingkan dengan 36% mahasiswa laki-laki. Angka ini juga lebih sedikit dibandingkan negara-negara lain,” tulis peneliti. 

Kurangnya keterwakilan ini menurut peneliti mencerminkan berbagai hambatan yang dihadapi perempuan di bidang STEM di Jepang, bukan karena kurangnya talenta perempuan. 

Sehingga menghilangkan hambatan-hambatan tersebut akan meningkatkan pasokan talenta STEM, sehingga menyediakan lebih banyak pekerja Jepang yang berperan penting dalam otomatisasi, digitalisasi, dan inovasi. 

“Dengan pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat, output dan upah juga akan meningkat lebih cepat, sehingga berdampak pada konsumsi dan kesejahteraan yang lebih tinggi,” tulis peneliti. 

Meski membawa manfaat bagi perekonomian secara keseluruhan, menjembatani kesenjangan gender pada dunia kerja STEM bisa menciptakan kubu “pemenang” dan “pecundang”.

Pekerja perempuan di bidang STEM disebut akan mendapatkan manfaat yang paling besar, karena secara teori, pendapatan mereka akan akan sama dengan pendapatan pekerja laki-laki.

Namun di sisi lain pekerja STEM laki-laki dapat menerima upah yang lebih rendah seiring dengan meningkatknya total pasukan pekerja di bidang tersebut. 

Pekerja STEM laki-laki yang paling tidak memiliki keterampilan dapat digantikan oleh pekerja perempuan. Menurut perhitungan IMF, hal ini bsa meningkatkan kesejahteraan rata-rata seluruh pekerja Jepang hingga sekitar 4%.