Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di perairan Banten. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Pasar Modal

Harga Anjlok, Mayoritas Saham Emiten Batu Bara Berdarah-darah

  • JAKARTA – Harga komoditas batu bara pada pekan pertama November 2022 terpantau loyo. Puncaknya, harga batu bara kontrak Desember di pasar ICE Newcastle ditutup
Pasar Modal
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sedalam 0,74% atau 52,27 poin ke level 7.050. Mengekor IHSG, IDXENERGY ikut loyo 0,46% ke level 2.037 dibandingkan penutupan hari sebelumnya.

Lantas, bagaimana kinerja saham emiten batu bara? Berikut TrenAsia.com rangkum kinerja beberapa saham batu bara berdasarkan data RTI pada penutupan perdagangan Selasa, 8 November 2022.

- PT Adaro Energy Tbk (ADRO)

Emiten tambang berkapitalisasi pasar Rp120,27 triliun ini berakhir anjlok 1,83% ke level Rp3.760 per lembar. 

- PT Bayan Resources Tbk (BYAN)

Sempat mencicip zona hijau, saham BYAN langsung terjun jelang akhir perdagangan sesi kedua. Pada penutupan, BYAN terkoreksi 0,99% ke level Rp72.575 per saham.

- PT Harum Energy Tbk (HRUM)

Saham Harum Energy  berhasil keluar dari zona merah setelah seharian banyak bergerak di level negatif. Pada penutupan perdagangan, HRUM menguat 0,30% ke level Rp1.665.

- PT Indika Energy Tbk (INDY)

Tak kalah boncos dengan sesame emiten batu bara, Indika Energy mencatatkan penurunan harga saham hingga 2,27% ke level Rp3.020.

- PT Bukit Asam Tbk (PTBA)

Setali tiga uang, Bukit Asam terperosok ke zona negatif dan berakhir terkoreksi sedalam 1,04% ke level Rp3.790 per saham.

- PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

Saham ITMG juga terpantau anjlok 1,38% ke level Rp42.975 per saham.

- PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Berbeda, saham BUMI justru melesat 3,93% menyentuh Rp185 per lembar saham. Hingga akhir perdagangan, BUMI menjadi saham dengan volume paling jumbo yang ditransaksikan di bursa saham. Tercatat, sebanyak 2,16 miliar lembar saham diperdagangkan sepanjang hari ini.

Harga Batu Bara

Usut punya usut, koreksi kinerja saham sejumlah emiten tambang ini merupakan buntut dari anjloknya harga komoditas batu bara pada pekan pertama November 2022. Puncaknya, harga batu bara kontrak Desember di pasar ICE Newcastle ditutup kontraksi sedalam 4,14%.

Asal tahu saja, harga batu bara dipengaruhi oleh sentimen negatif dari Amerika Serikat (AS) dan China. Baru-baru ini, Adminstrasi Informasi Energi AS (EIA) mengumumkan bakal mempensiunkan 23% dari kapasitas listrik pembangkit batu bara pada 2029. 

Saat ini, kapasitas pembangkit batu bara di AS berkisar 200.568 Mega Watts (MW). Sementara, jumlah kapasitas pembangkit listrik batu bara yang dikurangi sudah mencapai 9.450 MW pada periode 2012-2012. Pada tahun ini, kapasitasnya akan dikurangi sebanyak 11.788 MW.

Sementara China melaporkan penurunan impor batu bara secara bulanan pada Oktober 2022. Melansir Reuters, impor batu bara China amblas 11,7% menjadi 29,18 juta ton dari posisi September 33,05 juta ton. 

Meskipun begitu, kinerja komoditas batu bara di Tanah Air rupanya masih menggembirakan. Badan Pusat Statistik mencatat, eraca perdagangan Indonesia kuartal III-2022 surplus sebesar US$14,92 miliar atau tumbuh 12,58 persen. 

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, surplus neraca perdagangan RI tersebut di antaranya berasal dari komoditas ekspor yaitu batu bara, kelapa sawit, dan besi baja. Pada kuartal III-2022, ekspor batu bara mencapai US$13,31 miliar.

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) mencatat, ekspor batu bara Indonesia ke Eropa mencapai hingga 3,5 juta ton sampai 4 juta ton sampai pada Oktober 2022 ini.