Harga Avtur RI Disebut Termahal se-Asean, Pertamina Buka Suara
Transportasi dan Logistik

Harga Avtur RI Disebut Termahal se-Asean, Pertamina Buka Suara

  • PT Pertamina (Persero) memastikan harga avtur kompetitif dan mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia. Harga avtur yang dijual Pertamina Patra Niaga pada September sebesar Rp13.211 per liter.

Transportasi dan Logistik

Debrinata Rizky

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memastikan harga avtur kompetitif dan mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia. Harga avtur yang dijual Pertamina Patra Niaga pada September sebesar Rp13.211 per liter.

Corporate Secretary Heppy Wulansari menyebut, angka ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan harga avtur di Singapura yang mencapai Rp23.212 per liter pada periode yang sama.

“Harga publikasi Avtur di Indonesia bisa dikatakan cukup kompetitif. Nilai kompetitif harga publikasi avtur milik Pertamina juga setara dan lebih rendah bila dibandingkan dengan harga publikasi per liter di negara yang memiliki kemiripan lanskap geografis,” katanya kepada TrenAsia.com pada Senin, 9 September 2024.

Heppy mengatakan, harga avtur Pertamina sudah mengacu Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 K/10/MEM/2019 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Avtur Yang Disalurkan Melalui Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU).

Penetapan harga avtur juga berdasarkan Mean of Plats Singapore (MOPS) yang menjadi patokan harga pasar terdekat. Harga avtur juga mempertimbangkan demand volume dari masing-masing bandara sesuai frekuensi pergerakan pesawat.

Heppy juga mengatakan, rantai pasok avtur di Indonesia lebih kompleks dibandingkan negara lain. Pertamina bertanggung jawab menyediakan avtur di  72 DPPU yang tersebar di seluruh Indonesia. Pertamina Patra Niaga yang tidak hanya berfokus melayani Avtur pada bandara besar, tetapi juga termasuk bandara kecil yang secara komersial belum tentu menguntungkan.

Sebelumnya, harga avtur ini menjadi sorotan usai pernyataan CEO AirAsia Tony Fernandes yang menyebut harga avtur Indonesia termahal di ASEAN. Tony buka-bukaan soal penyebab mahalnya harga tiket pesawat rute domestik di Indonesia salah satunya karena bahan bakar avtur.

Bahkan ia mengklaim harga avtur yang dipasok BUMN ini, kata dia, adalah yang paling tinggi se-Asia Tenggara. "Harga bahan bakar di Indonesia adalah tertinggi di ASEAN, sekitar 28 persen (lebih mahal)," ujar Tony di Jakarta dikutip dari Antara Senin 10 September 2024

Menurutnya tarif avtur di Indonesia terbilang lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Minimnya kompetisi penyedia avtur menjadi di Indonesia menjadi faktor penyebabnya. Hal tersebut lantas diakui turut berimbas pada biaya operasional maskapai yang berujung pada tingginya harga tiket pesawat penerbangan domestik di Indonesia dibandingkan dengan negara lainnnya.

Bila dibandingkan dengan Malaysia, terdapat beberapa pemasok avtur dari perusahaan berbeda, sementara Indonesia masih dipasok sepenuhnya oleh Pertamina. Maskapai pun tak punya pilihan lain.

Opsi Swasta Boleh Jual Avtur

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mempersiapkan aturan agar pengadaan avtur sebagai bahan bakar pesawat nantinya tak lagi hanya disediakan oleh Pertamina.

Adapun kebijakan ini dirancang sebagai upaya untuk menurunkan harga tiket pesawat. Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menyebut sudah ada pembahasan ke arah sana sehingga bukan diberikan melalui subsidi biaya avtur.

"Kita sudah dibahas tuh di Rakor Menko, arahnya ke multi provider. Jadi di bandara itu nanti tidak hanya satu (pengada avtur), boleh dua, boleh tiga," kata Dadan saat ditemui Jakarta dilansir Rabu, 14 Agustus 2024.

usulan ini berasal dari Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kemenhub telah melakukan kajian terkait harga tiket pesawat. Kajian ini menghasilkan rekomendasi dan usulan langkah yang perlu diambil, baik secara jangka pendek maupun menengah untuk menurunkan harga tiket pesawat angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi.

Rekomendasi jangka pendek lebih banyak terkait dengan komponen yang dapat dikendalikan oleh pemerintah. Sedangkan jangka menengah hingga panjang dengan melakukan peninjauan kembali terhadap Tarif Batas Bawah (TBB) dan Tarif Batas Atas (TBA).