Konglomerat Low Tuck Kwong, Dirut PT Bayan Resources Tbk (BYAN) / Forbes
Korporasi

Harga Batu Bara Melesat, Konglomerat Low Tuck Kwong Dulang Rp14 Triliun dalam 10 Hari

  • Melesatnya harga batu bara akhir-akhir ini membuat konglomerat yang bergerak di bidang pertambangan emas hitam tersebut ikut kecipratan berkahnya.

Korporasi

Reza Pahlevi

JAKARTA – Melesatnya harga batu bara akhir-akhir ini membuat konglomerat yang bergerak di bidang pertambangan emas hitam tersebut ikut kecipratan berkahnya. 

Pendiri PT Bayan Resources Tbk (BYAN), konglomerat Low Tuck Kwong, bahkan berhasil meraup US$1 miliar atau sekitar Rp14,31 triliun (asumsi kurs Rp14.339 per dolar AS) hanya dalam 10 hari.

Kenaikan ini dilihat dari data kekayaan Low Tuck Kwong dalam data Forbes Real-Time Billionaire List. Pada 20 September 2021 lalu, kekayaan Low tercatat sebesar US$1,2 miliar. Jumlah ini naik menjadi US$2,2 miliar per berita ini ditulis, Kamis, 30 September 2021.

Dalam sehari saja, Low berhasil meningkatkan kekayaannya sebesar US$531 juta atau setara Rp7,61 triliun pada hari ini. Ini membuatnya menjadi konglomerat dengan peningkatan kekayaan terbesar di Indonesia hari ini.

Peningkatan kekayaan ini bahkan lebih besar daripada duo Hartono bersaudara. Kekayaan Robert Budi Hartono tercatat “hanya” meningkat US$392 juta dan Michael Hartono US$376 juta pada hari ini.

Sejak harga batu bara menembus US$200 per ton, emiten-emiten batu bara di Indonesia memang ikutan terbang. Peningkatan pun tak terkecuali bagi Bayan Resources.

Harga saham BYAN meroket dari level Rp15.900 dalam perdagangan Jumat, 24 September 2021, menjadi ke level Rp29.425 pada penutupan perdagangan sesi 1 hari ini, 30 September 2021.

Sementara itu, harga batu bara ICE Newcastle (Australia) masih melanjutkan relinya sejak menembus US$201,1 per ton pada Senin, 29 September 2021. Per Kamis, 29 September 2021, harga batu bara sudah mentereng di level US$209,85 per ton.

Ini merupakan harga batu bara tertinggi setidaknya sejak 2008. Sejak akhir 2020, harga batu bara sudah meroket 163,35% (year-to-date/ytd). Ini membuat batu bara menjadi komoditas dengan kenaikan harga tertinggi tahun ini.

Borong Saham BYAN

Seakan-akan tahu harga batu bara akan terus membumbung, Low Tuck Kwong sendiri sudah memborong saham BYAN perusahaan miliknya sejak awal tahun. Kepemilikan saham Low di BYAN pun meningkat dari 54,04% pada awal tahun menjadi 55,13% pada saat ini.

Terbaru, Low membeli 71.000 saham dengan harga pembelian Rp15.162 per saham pada 20-22 September 2021. Ini berarti Low menghabiskan Rp1,08 miliar dalam dua hari untuk membeli saham perusahaan yang dia dirikan tersebut.

Sebelum mendirikan BYAN, Low sempat bekerja untuk perusahaan konstruksi ayahnya ketika berumur 20-an dan pindah ke Indonesia pada 1972. Sempat sukses jadi kontraktor, Kwong banting setir ke pertambangan setelah membeli tambang pertamanya pada 1997.

Kini, Kwong tidak hanya menguasai BYAN tetapi juga perusahaan perkapalan Singapura, Manhattan Resources, dan memiliki ketertarikan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, and Voksel Electric..

Kwong juga menyuntik dana ke SEAX Global, perusahaan yang sedang membangun sistem kabel optik bawah laut yang akan menghubungkan konektivitas internet antara Singapura, Indonesia, dan Malaysia.

Sepanjang semester I-2021, BYAN berhasil mencetak pendapatan sebesar US$1,02 miliar atau Rp14,83 triliun (kurs Rp14.496 per dolar AS sesuai laporan keuangan). Jumlah ini lebih tinggi 47,2% dibandingkan dengan US$695 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Laba bersih yang diatribusikan ke entitas induk pun melejit hingga 386,8% menjadi US$337 juta atau setara Rp4,8 triliun pada periode yang sama. Pada semester I-2020, laba bersih BYAN tercatat US$62,24 juta (Rp1 triliun).