Harga Batu Bara Merana, 13 Saham Sektor Ini Diparkir di Zona Merah
- Saham batu bara jagoan investor kawakan Lo Kheng Hong, PT ABM Investama Tbk (ABMM) mengalami pelemahan 1,63% ke level Rp3.620 per saham.
Bursa Saham
JAKARTA – IDX Energy, indeks sektoral yang mengawangi emiten energi termasuk batu bara terpantau anjlok 1,39% pada penutupan perdagangan sesi pertama, Rabu, 5 Juni 2024. Pelemahan juga diikuti 13 emiten emas hitam yang kompak diparkir di zona merah.
Melemahnya saham-saham batu bara ini hanya satu hari berselang setelah harga batu bara acuan New Castle untuk kontrak Juli 2024, pada perdagangan Selasa, 4 Juni 2024, ditutup ambles 4,65% ke level US$140,05 per ton.
Salah satu sentimen yang tampak mempengaruhi penurunan harga batu bara pada perdagangan kemarin adalah penambahan kapasitas energi baru terbarukan oleh China. Pasalnya, negeri tirai bambu itu menjadi pengguna batu bara terbesar di dunia.
- Saham Big 4 Banks Dihampiri Sentimen Positif, Apakah Bakal Rebound?
- Jejak Gelap Transaksi 109 Ton Emas Ilegal PT Antam
- 45 Perusahaan Indonesia-Korea Selatan Bertemu di ‘2024 Gyeonggido ASEAN Export Conference’
Berdasarkan data RTI Business, dari 13 emiten batu bara yang dihimpun TrenAsia, saham PT Atlas Resources Tbk (ARII) menjadi perusahaan emas hitam yang paling terpukul dengan pelemahan 3,45% ke level Rp280 per saham.
Sementara itu, saham batu bara jagoan investor kawakan Lo Kheng Hong, PT ABM Investama Tbk (ABMM) mengalami pelemahan 1,63% ke level Rp3.620 per saham. Selain itu, PT Indika Energy Tbk (INDY) yang merupakan emiten milik Arsjad Rasjid juga melemah 1,45% ke level Rp1.355 per saham.
Meskipun mayoritas emiten batu bara banyak yang diparkir di zona merah, namun ada juga saham sektor ini yang melesat, yaitu PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang melenting 1,39% ke level Rp1.360 per saham.
Berikut pergerakan saham batu bara hingga penutupan perdagangan sesi pertama, Rabu, 5 Juni 2024.
- PT Atlas Resources Tbk (ARII) melemah 3,45% ke Rp280 per saham.
- PT Harum Energy Tbk (HRUM) menurun 2,97% ke Rp1.305 per saham.
- PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) melemah 2,94% ke Rp264 per saham.
- PT Samindo Resources Tbk (MYOH) menurun 2,43% ke Rp1.805 per saham.
- PT ABM Investama Tbk (ABMM) melemah 1,63% ke Rp3.620 per saham.
- PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menurun 1,57% ke Rp25.000 per saham.
- PT Indika Energy Tbk (INDY) melemah 1,45% ke Rp1.355 per saham.
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menurun 1,17% ke Rp2.540 per saham.
- PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) melemah 1,08% ke Rp90 per saham.
- PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menurun 0,80% ke Rp248 per saham.
- PT United Tractors Tbk (UNTR) melemah 0,76% ke Rp22.800 per saham.
- PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menurun 0,56% ke Rp17.750 per saham.
- PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) melemah 0,40% ke Rp496 per saham.
Sebagai informasi, penambahan kapasitas energi terbarukan didominasi oleh China dalam beberapa tahun terakhir. Namun, untuk memenuhi target iklim tahun 2030, negara-negara lain di Asia termasuk Indonesia perlu meningkatkan laju penerapannya.
Laporan Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan bahwa China memasang hampir 350 gigawatt (GW) kapasitas energi terbarukan baru sepanjang 2023. Kapasitas itu lebih dari separuh total kapasitas global. Jika China, ekonomi terbesar kedua di dunia, mempertahankan kecepatan ini, kemungkinan besar akan melampaui target 2030 pada tahun ini.
Asal tahu saja, target formal China adalah memiliki kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin dan surya sebesar 1.200 GW pada tahun 2030, namun IEA mencatat bahwa pada bulan April tahun ini kapasitas tersebut sudah mencapai 1.130 GW.
Perlu diketahui, IEA juga menyebutkan bahwa pemodelan berdasarkan ambisi dekarbonisasi China memberikan "perkiraan lintasan ambisi pada 2030" sebesar lebih dari 3.000 GW untuk semua jenis energi terbarukan, termasuk tenaga air, pada akhir dekade ini.