<p>Tambang batu bara PT Arutmin Indonesia, anak usaha PT Bumi Resources Tbk / Bumiresources.com</p>
Korporasi

Harga Batu Bara Terus Melambung, Bumi Resources Manfaatkan Momen Perbaiki Kinerja Keuangan

  • Naiknya harga batu bara akan membantu BUMI dalam mempercepat pelunasan utang, memotong beban bunga, serta kembali mencatatkan laba.

Korporasi

Reza Pahlevi

JAKARTA – Emiten batu bara Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), akan memanfaatkan momen tingginya harga batu bara untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaannya.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan naiknya harga batu bara ini akan membantu perusahaan dalam mempercepat pelunasan utang, memotong beban bunga, serta kembali mencatatkan laba.

“Saat ini, sebagai penghasil batu bara terbesar di Indonesia (85 juta ton), BUMI paling diuntungkan dengan tingginya harga batu bara,” ujar Dileep saat diwawancarai TrenAsia.com, Rabu, 22 September 2021.

Hingga 21 September 2021, harga batu bara memang meroket hingga 120,5% dari awal tahun (year-to-date/ytd) dan sempat mencapai harga tertinggi di atas US$180 per ton. 

Untuk kuartal IV-2021, Goldman Sachs Ltd bahkan memperkirakan rata-rata harga batu bara Newcastle dapat mencapai US$190 per ton. Proyeksi harga rata-rata ini meningkat dari proyeksi Goldman Sachs sebelumnya yang hanya sebesar US$100 per ton.

Selain itu, Goldman Sachs juga meningkatkan prediksi harga 2022 ke angka US$120 per ton dari sebelumnya US$85 per ton. Tingginya harga ini untuk memenuhi permintaan negara-negara di utara yang mengalami musim dingin dan juga mempertimbangkan rally global untuk gas alam.

Sementara itu, BUMI juga menjajaki rencana diversifikasi seperti gasifikasi batu bara yang sudah diumumkan proyeknya di tambang miliknya, PT Kaltim Prima Coal (KPC). BUMI juga merencanakan hal yang sama di tambang lainnya, PT Arutmin Indonesia.

Rencana BUMI 10 Tahun ke Depan

Diversifikasi tersebut menjadi bagian dari rencana jangka panjang BUMI dalam 10 tahun ke depan. Selain gasifikasi, BUMI juga mengamati prospek energi hijau dan proyek terkait di masa depan.

“Bisnis batu bara BUMI akan tetap stabil dan tetap sebagai sumber penting pendapatan perusahaan. Meski begitu, kami tidak punya rencana besar untuk rencana ekspansi untuk bisnis ini,” ujar Dileep ketika ditanya mengenai prospek bisnis batu bara BUMI dalam 10 tahun ke depan.

Secara paralel, fokus BUMI untuk tumbuh akan berpindah dari batu bara ke hilirisasinya seperti gasifikasi ke dalam bentuk metanol, energi hijau termasuk tenaga surya, dan peluang energi hibrida. 

BUMI juga akan berharap dari investasinya di anak perusahaan, seperti perusahaan pertambangan mineral PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan kontraktor pertambangan PT Darma Henwa Tbk (DEWA).

“Pendapatan kami dalam jangka panjang jadinya akan berimbang antara bisnis tradisional kami yang masih atraktif di batu bara dan bisnis yang sejalan dengan proyek prioritas nasional untuk mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil seperti gasifikasi dan energi bersih,” tutur Dileep.

Dileep melanjutkan, BUMI akan terus berusaha menjadi kontributor terbesar kas negara di bidang sumber daya alam, baik lewat pajak, royalti, maupun retribusi.