Nampak pelanggan tengah melakukan pengisian bahan bakar pertalite di sebuah SPBU di kawasan Jakarta Pusat, Kamis 30 Desember 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Energi

Harga BBM Bisa Naik Turun Jika Skema Diubah Jadi BLT

  • Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan, dengan skema BLT semua harga BBM ada di harga pasar. Artinya harga keekonomiannya dapat naik turun.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan opsi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) mulai mengerucut ke Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun opsi ini diakui masih dalam tahap pembahasan lebih lanjut.

Hal itu diungkapkan Bahlil setelah pertemuan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani,  Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar hingga Menteri Perindustrian Agus Gumiwang. Ketiga menteri itu datang ke kantor Bahlil membahas kelanjutan subsidi energi.

"BLT-nya salah satu opsi dan akan diputuskan nanti pada hari yang tepat. Dan opsinya saya pikir lebih mengerucut ke sana (BLT) ,"kata Bahlil dalam konferensi pers terkait Subsidi Energi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin, 4 November 2024.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan, dengan skema BLT semua harga BBM ada di harga pasar. Artinya harga keekonomiannya dapat naik turun.

"Sesuai harga keekonomiannya bisa naik bisa pula turun, jika skema subsidi menggunakan BLT," Kata Fahmy kepada TrenAsia.com pada Selasa, 5 November 2024.

Adapun harga BBM subsidi jenis Pertalite besutan PT Pertamina (Persero) saat ini dipatok Rp10.000 per liter. Namun, harga BBM beroktan (RON) 90 itu bukan harga asli karena telah disubsidi pemerintah.

Jika dibandingkan dengan harga BBM di SPBU lain salah satunya Vivo dengan nilai oktan yang sama, yakni 90, harga BBM setara Pertalite dipatok Rp12.090 per liter per November 2024 ini. Dengan kata lain, sebagai contoh harga asli Pertalite berada di level Rp12.000-an per liter.

Sebelumnya Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, harga keekonomian Pertalite adalah sekitar Rp13.000 per liter. Ia menyebut selisih harga sebesar Rp3.000 ditanggung oleh pemerintah.

Selisih sedikit dengan Irto, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji pernah mengungkapkan, saat ini harga keekonomian Pertalite masih lebih tinggi ketimbang harga jual yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp10.000 per liter.

Pada November 2023, ia menyebut bahwa harga keekonomian Pertalite sekitar Rp2000. Berarti jika tak disubsidi pemerintah maka masyarakat harus membeli pertalite dengan harga Rp12.000 per liternya.

Dalam Buku II Nota Keuangan 2025, outlook subsidi energi pada 2024 adalah sebesar Rp192,75 triliun. Angka tersebut terdiri dari subsidi BBM, LPG, dan Listrik. Untuk subsidi BBM dan LPG 3 kg angkanya diperkirakan mencapai Rp112,02 triliun. Sementara, Rp80,72 triliun sisanya untuk subsidi listrik.