Harga CPO dan Batu Bara Masih Akan Fluktuatif
- Sejumlah komoditas utama seperti minyak sawit (CPO) dan batu bara diprediksi akan tetap berfluktuasi dikarenakan keseimbangan antara pasokan dan permintaan global.
Pasar Modal
JAKARTA – Sejumlah komoditas utama seperti minyak sawit (CPO) dan batu bara diprediksi akan tetap berfluktuasi dikarenakan keseimbangan antara pasokan dan permintaan global.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengatakan pasokan minyak nabati global yang terbatas dan risiko geopolitik yang terus berlanjut adalah faktor-faktor yang berkontribusi pada volatilitas.
Pada Maret 2023, harga patokan CPO rata-rata mencapai 4.143 RM per ton, 5,1% lebih tinggi dari rata-rata harga pada bulan Januari dan Februari 2023 dan tertinggi dalam enam bulan terakhir. Namun, angka tersebut 40,3% lebih rendah dari angka puncak tahun lalu sebesar 6.941 RM.
Sementara itu, papar dia, harga patokan batu bara termal Eropa (ARA) turun menjadi US$135,1 per ton dari US$242,6 per ton pada Desember 2022. Harga patokan Asia Utara, Newcastle, juga turun menjadi US$179,4 per ton, turun 55% dari akhir tahun lalu.
- Sering Dianggap Menyebalkan, Perilaku Ini Rupanya Menandakan Anak Cerdas
- Inilah 5 Brand Skincare Terbesar di Dunia
- KB Bukopin Bidik Rp1,5 T Hingga Rp2 T Dana Rights Issue Untuk CKPN 2023
“Kami memperkirakan harga batubara ARA dan Newcastle pada bulan April ini akan bergerak cenderung menurun karena permintaan dari China dan India kemungkinan akan tetap bervariasi,” tulis dia melalui riset yang diterima Senin, 3 April 2023.
Kondisi itu, lanjut Rizkia, terjadi di tengah sentimen negatif dari kontribusi batu bara yang lebih rendah dari AS untuk produksi listrik dan upaya India untuk menghentikan impor batu bara pada 2025 - 2026.
“Di sisi lain, dalam jangka pendek, kami memperkirakan harga batu bara rendah CV yang lebih murah di Indonesia akan tetap stabil.”
Mengenai CPO, Rizkia tidak mengharapkan pasokan CPO dari Indonesia dan Malaysia akan meningkat secara signifikan. “Kami berhati-hati mengenai perlambatan ekonomi global dan harga pengganti minyak nabati.”
Adapun pada sisi batu bara, dirinya melihat adanya permintaan yang stabil diikuti oleh penurunan harga. “Sehingga kami lebih memilih perusahaan yang berorientasi pada domestik dan memantau perusahaan logistik dan infrastruktur batu bara,” pungkasnya.