Harga Kian Kompetitif, Efisiensi Jadi Tantangan Pengembangan Panas Bumi
JAKARTA – Efisiensi menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam pengembangan panas bumi di Indonesia. Kepala Subdit Penyiapan Program Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Havidh Nazif mengatakan, hal ini berhubungan dengan harga energi panas bumi yang semakin kompetitif. “Akan muncul persaingan harga yang harus dihadapi ketika disandingkan dengan energi lainnya,” ungkapnya […]
Industri
JAKARTA – Efisiensi menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam pengembangan panas bumi di Indonesia.
Kepala Subdit Penyiapan Program Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Havidh Nazif mengatakan, hal ini berhubungan dengan harga energi panas bumi yang semakin kompetitif.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Akan muncul persaingan harga yang harus dihadapi ketika disandingkan dengan energi lainnya,” ungkapnya dalam webminar Panas Bumi: Tulang Punggung Masa Depan Energi Indonesia, Jumat, 26 Februari 2021.
Ia pun meminta dalam hal ini PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN untuk melakukan efisiensi penyediaan tenaga listrik. Salah satu strateginya lewat optimalisasi penurunan susut jaringan.
Ketentuan ini disebutkan tercantum dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 9 Tahun 2020 tentang Efisiensi Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero).
Seperti diketahui, Kementerian ESDM pada tahun ini menargetkan susut jaringan tenaga listrik sebesar 9,01%. Namun, realisasinya justru mengalami penurunan setiap tahun.
Berturut-turut, angkanya sebesar 9,55% pada 2018, 9,35% pada 2019, dan mutakhir per kuartal III-2020 sebesar 8,39%.
Realisasi pada tahun ini pun didorong agar lebih baik, yakni dengan meningkatkan daya saing melalui penyediaan tenaga listrik yang kompetitif dan efisien. Pasalnya, efisiensi merupakan parameter dalam perhitungan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) maupun kebutuhan subsidi listrik.
Sebagai informasi, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, besaran biaya pembangkitan dan bahan bakar memiliki komposisi sebesar 72%, sedangkan biaya jaringan sebesar 11%, dan biaya operasi lainnya sebesar 17%.
Adapun subsidi listrik dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 nominalnya sebesar Rp53,59 triliiun dengan BPP tenaga listrik mencapai Rp355,58 triliun. Artinya, dalam 1% penurunan susut jaringan tenaga listrik, akan berpengaruh terhadap besaran BPP sebesar Rp3,9 triliun.