Harga Komoditas dan Pasokan Pangan Global Meningkat Akibat Perang yang Tak Kunjung Usai di Ukraina
- Konflik antara Rusia dan Ukraina yang terjadi memiliki pengaruh signifikan terhadap harga komoditas pangan dan menyebabkan gangguan pada pasokan global.
Dunia
ROMA - Konflik antara Rusia dan Ukraina yang terjadi memiliki pengaruh signifikan terhadap harga komoditas pangan dan menyebabkan gangguan pada pasokan global.
Pada hari Jumat, 8 April lalu pihak PBB mengumumkan bahwa Indeks Harga Pangan bulan lalu mencapai rata-rata 159,3 poin dan naik 12,6% dari bulan Februari, seperti dikutip dari AP News pada 11 April 2022.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB menyatakan bahwa indeks bulan Februari merupakan yang tertinggi sejak pencatatan harga komoditas pangan internasional dimulai pada tahun 1990.
- Usai Tampar Chris Rock, Will Smith Resmi Di-blacklist dari Oscar Selama 10 Tahun
- MNC Energy Investments (IATA) Milik Hary Tanoe Akuisisi 100 Persen Saham Putra Muba Coal (PMC)
- Ini Besaran THR untuk Karyawan Tetap, Pekerja Kontrak, dan Buruh Lepas
FAO menyatakan bahwa perang di Ukraina bertanggung jawab atas kenaikan sekitar 17,1% pada harga biji-bijian seperti gandum dan jagung. Kenaikan ini kemungkinan disebabkan oleh fakta bahwa Rusia dan Ukraina bertanggung jawab atas sekitar 30% dan 20% masing-masing pada ekspor gandum dan jagung global.
Kenaikan harga tertinggi dialami minyak nabati yang mengalami kenaikan 23,2%.
Kenaikan ini didorong oleh kuotasi yang lebih tinggi terhadap minyak biji bunga matahari yang digunakan untuk memasak. Sementara itu, Ukraina adalah pemimpin ekspor minyak biji bunga matahari di dunia dan disusul Rusia.
“Tentu saja ada gangguan pasokan besar-besaran, dan gangguan pasokan besar-besaran dari wilayah Laut Hitam telah memicu harga minyak nabati,” kata Josef Schmidhuber, wakil direktur divisi pasar dan perdagangan FAO, kepada wartawan.
Tingginya harga pangan dan gangguan pasokan yang disebabkan oleh Rusia dan Ukraina ini juga mengancam kekurangan pangan di Timur Tengah, Afrika, dan beberapa bagian di Asia.
Negara-negara tersebut bergantung pada pasokan gandum dan biji-bijian dari Laut Hitam yang terletak di antara Benua Eropa dan Asia.
Negara produsen biji-bijian lainnya seperti AS, Kanada, Prancis, Australia, dan Argentina sedang diawasi untuk melihat kemungkinan peningkatan produksi demi mengatasi kesenjangan.
Namun, masalah yang harus dihadapi petani adalah kenaikan biaya bahan bakar dan pupuk yang juga diperparah oleh perang, kekeringan, dan gangguan rantai pasokan.
Schmidhuber menyatakan bahwa saat ini pihak FAO PBB sedang mempersiapkan proposal mekanisme demi meringankan biaya impor bagi negara-negara miskin untuk mengatasi kebutuhan impor negara.
Proposal tersebut meminta negara-negara yang memenuhi syarat untuk berkomitmen pada investasi tambahan dalam produktivitas pertanian mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk membantu meredakan pukulan yang dihasilkan.